Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB Diprediksi Rugi karena PBNU Gus Yahya Terbuka ke Semua Parpol

Kompas.com - 04/04/2022, 16:09 WIB
Vitorio Mantalean,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) diprediksi merugi secara elektoral karena Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dinakhodai oleh ketua umum barunya, Yahya Cholil Staquf.

Di bawah kepemimpinan pria yang akrab disapa Gus Yahya itu, PBNU lebih bersifat terbuka terhadap semua pihak, termasuk partai politik.

Analis politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, citra PBNU tidak lagi bisa dimonopoli sebagai "ormas PKB" sebagaimana yang terjadi selama ini.

Padahal, selama ini, dukungan atau kedekatan dengan NU sangat berarti bagi partai politik. Terlebih bagi PKB, warga nahdliyin telah menjadi basis konstituen andalan partai besutan Muhaimin Iskandar itu untuk dikapitalisasi.

"Ini kerugian bagi Muhaimin (Iskandar, Ketua Umum PKB) dan PKB secara keseluruhan karena NU itu sudah menjadi karpet merah bagi partai politik. Untuk bisa melakukan lompatan jauh daripada 2019, agak rumit bagi PKB," jelas Adi ketika dihubungi Kompas.com, Senin (4/4/2022).

Baca juga: Terbuka bagi Semua Parpol, PBNU Gus Yahya Dianggap Akan Sulit Didikte Kubu Tertentu

Sejak dicalonkan menjadi ketua umum anyar PBNU, Yahya memang sudah menegaskan bahwa ia akan menjaga jarak antara PBNU dengan kepentingan politik praktis.

Ketika terpilih dan mengumumkan struktur kepengurusan baru, Yahya juga mengakomodasi pengurus dari beragam partai politik di posisi struktural.

"Dengan hadirnya komposisi PBNU yang lengkap, Gus Yahya menegaskan PBNU tidak identik dengan PKB," kata Adi.

Dalam perjalanannya, Gus Yahya telah menerima kunjungan atau menghadiri agenda bersama elite-elite dari partai politik yang berlainan, sebut saja Airlangga Hartarto dari Golkar dan Puan Maharani dari PDI-P.

Baca juga: Hadiri Harlah PPP, Gus Yahya Dinilai Ingin Jadikan PBNU Sebagai Rumah untuk Seluruh Kader Parpol

Teranyar, hari lahir ke-49 PPP di Malang, Jawa Timur, dihadiri oleh jajaran pengurus PBNU paling banyak.

"Dulu ada kesan NU didikte PKB karena arah politiknya. Sekarang tidak bisa karena NU dibiarkan cair dan terbuka. NU sepertinya memang dibiarkan menjadi terbuka bagi semua parpol yang di dalamnya ada pengurus PBNU. Makanya anteng-anteng saja PBNU sekarang," jelas Adi.

Perubahan ini, selain membuat PKB merugi, diperkirakan bakal menguntungkan banyak partai politik lain yang jadi punya kesempatan lebih besar untuk merapat ke ormas Islam terbesar di Indonesia itu.

"Artinya parta-partai ini sedang lomba mendekati basis konstituen NU yang sekarang tidak lagi dimonopoli oleh PKB,” ucap Adi.

Baca juga: Gus Yahya Hadiri Harlah PPP, Arsul: Sejak Ada PKB, di Lingkungan NU seperti Ada Eksklusivitas

Pada Era Orde Lama, NU, selain sebagai organisasi masyarakat, juga pernah menjadi partai politik.

Masuk rezim Soeharto, tepatnya mulai 1973, NU dilebur ke dalam PPP sebagai fusi partai-partai Islam.

Unsur NU memiliki kedudukan yang cukup menentukan di awal-awal keberadaan PPP.

Namun, sejak 1984, NU telah mendeklarasikan diri untuk “kembali ke khittah 1926” sehingga keluar dari arena politik praktis.

Akan tetapi, begitu Soeharto runtuh dan Era Reformasi dimulai, terdapat keinginan besar warga nahdliyyin untuk kembali memiliki wadah menyalurkan aspirasi politik.

Baca juga: PBNU Hadiri Harlah PPP, Arsul Sani: Gus Yahya Serius dengan Inklusivitas Politik

PBNU harus berhati-hati karena NU tidak boleh lagi terkait langsung dengan politik praktis, termasuk partai politik, sesuai hasil Muktamar ke-27 di Situbondo tahun 1984 itu.

Pada akhirnya, sejumlah tokoh NU di antaranya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Mustofa Bisri, dll mendeklarasikan pendirian PKB untuk wadah aspirasi tersebut.

Tetapi, PKB bukan sebagai partai politik resmi NU secara kelembagaan.

Dalam perkembangannya, terjadi dualisme dalam internal PKB yang berujung didepaknya Gus Dur oleh Muhaimin yang notabene keponakannya.

PKB versi Muhaimin kemudian diakui negara sebagai PKB yang “sah”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com