JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah mengatakan, pihaknya sudah menerima informasi terkait perahu nelayan Indonesia yang tenggelam di perairan Australia.
Faizasyah mengatakan, saat ini, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth, Australia Tengah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk mengetahui penyebab terbaliknya perahu dan korban.
"Sudah (dapat informasi soal tenggelamnya perahu nelayan) dan perwakilan kita di Perth (KJRI) terus berkoordinasi dengan otoritas setempat," kata Faizasyah saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/3/2022).
Terkait penyebab tenggelamnya perahu nelayan tersebut, Faizasyah tak menjelaskan secara detail.
Baca juga: Perahu Dihantam Ombak Saat Angkat Pukat, Seorang Nelayan di Sumba Timur Hilang
Faizasyah mengatakan, saat ini, pemerintah fokus pada kondisi tiga nelayan yang selamat dari peristiwa tersebut, namun, masih dalam kondisi kritis.
"Saat ini kami masih fokus pada kondisi WNI yang selamat. Kondisi kesehatan mereka cukup serius," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, sembilan awak perahu nelayan asal Indonesia diperkirakan tewas setelah perahu mereka terbalik di dekat Karang Ashmore, sekitar 630 kilometer dari Broome di Australia Barat.
Namun petugas penyelamat Australia berhasil menyelamatkan tiga orang dari peristiwa tersebut, setelah Otoritas Keselamatan Maritim Australia meminta kapal berbendera Singapura untuk menuju ke lokasi hari Senin (21/3/2022).
Salah satu nelayan berhasil ditarik dari kapal yang tenggelam oleh petugas penyelamat PHI International, sebelum dibawa ke rumah sakit Regional Broome dalam kondisi kritis.
Damian Baxter adalah salah seorang kru penyelamat yang berbasis di Broome dan turut membantu penyelamatan pria tersebut.
"Kondisinya kritis sekali. Situasinya sangat tidak menentu selama masa dua setengah jam pasien tersebut berada di dalam kapal," katanya.
Usaha penyelamatan terganggu badai tropis
Tim penyelamat PHI International melakukan usaha penyelamatan di garis pantai Utara Australia Barat.
Gordon Watt, manajer perusahaan tersebut, mengatakan usaha mereka menyelamatkan tiga nelayan asal Indonesia sangat kompleks.
"Para nelayan tersebut mungkin sudah berada di air hampir 48 jam," katanya.
"Mereka jelas kelelahan, kurang minum dan juga menderita karena keadaan saat itu," sambungnya.
Damian mengatakan, awak tim penyelamat sempat merasa lega ketika nelayan yang berusia sekitar 50 tahunan tersebut berhasil diangkat dari kapal pengangkut peti kemas.
"Kami lega bisa membawanya setelah berbagai rencana persiapan logistik yang kami lakukan," katanya.
Penyelamatan berlangsung di titik yang berjarak 180 kilometer arah barat dari Karang Ashmore di mana sedang terjadi Badai Tropis Charlotte yang melanda Samudra Hindia.
Hal tersebut mempersulit usaha penyelamatan yang melibatkan awak helikopter PHI, kapal pengangkut peti kemas asal Singapura dan pesawat yang diterbangkan dari Cairns.
"Lokasinya jauh sekali dari garis pantai, dan usaha penyelamatan itu harus dilakukan di malam hari dan melibatkan begitu banyak lembaga untuk saling berkoordinasi," kata Gordon.
Baca juga: Perahu Nelayan Indonesia Tenggelam di Perairan Australia, 9 Orang Diduga Tewas
Adapun laporan dari media lokal di Indonesia menyebutkan, perahu nelayan bernama Kuda Laut ini berlayar dari Rote di Nusa Tenggara Timur hari Kamis pekan lalu dan kemudian mengalami kesulitan di laut setelah diterjang gelombang besar.
Cuaca di kawasan tersebut memang buruk karena adanya Badai Tropis Charlotte yang mulai terjadi hari Senin, namun kemudian melemah menjadi badai tropis biasa.
Pihak berwenang Australia belum lagi memberikan rincian mengenai kejadian tersebut namun wilayah perairan antara Karang Ashmore dan pantai Kimberley sudah menjadi sasaran penangkapan ikan ilegal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.