Masuknya Mega ke kancah politik telah mengingkari kesepakatan keluarganya. Karena trauma politik di masa sebelumnya, putra-putri Soekarno pernah bersepakat untuk tidak terjun ke bidang politik.
Sebelum bergabung ke partai, Megawati beserta suaminya Taufiq Kiemas adalah pengelola SPBU di Jakarta.
Baca juga: Pasang Surut Hubungan Megawati dan SBY Lebih dari Satu Dekade, Berawal dari Pilpres
Masuknya Megawati ke partai politik bermula dari pertemuannya dengan Sabam Sirait sekitar tahun 1980, saat tak satu pun keluarga Soekarno tampil di dunia politik.
Awalnya Mega menolak untuk bergabung ke partai, namun Sabam kemudian membujuk Megawati melalui suaminya.
Hingga pada 1987, Megawati dan adiknya Guruh Soekarnoputra, masuk dalam daftar calon anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Kala itu, Mega dianggap sebagai pendatang baru di kancah politik. Namun, ia lantas tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI.
Upaya Mega saat itu berhasil. Suara untuk PDI naik, Megawati pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR.
Pada 1993, Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI melalui Kongres di Surabaya.
Baca juga: Cerita Pramono Anung tentang Megawati: Pernah Akan Pecat Kader yang Mau Interupsi Pidato SBY
Namun, terjadi konflik internal. Soerjadi yang sebelumnya menjabat Ketua Umum PDI tidak mau kalah.
Soerjadi dan kelompoknya lantas membuat kongres PDI di Medan. Dari situ disepakati bahwa Soerjadi menjadi Ketua Umum PDI terhitung sejak 22 Juni 1996.
Di sisi lain, Megawati tak mau kalah. Ia menyatakan tidak mengakui Kongres Medan dan menegaskan bahwa dirinya adalah Ketua Umum PDI yang sah.
Dualisme kepemimpinan pun tak terhindarkan. Konflik ini berujung bentrok antara masing-masing pendukung di Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1966, yang lantas disebut sebagai peristiwa Kudatuli.
Namun demikian, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997.
Baca juga: Cerita Megawati Kampanya saat Orde Baru dan Dianggap Partai Sendal Jepit
Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI pimpinan Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan.
Singkat cerita, partai politik berlambang banteng itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih 30 persen suara.