Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Geger Serangan Antraks di AS dan Perlunya Antisipasi Ancaman Bioterorisme

Kompas.com - Diperbarui 18/02/2022, 21:06 WIB
Elza Astari Retaduari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bioterorisme menjadi ancaman nyata dunia pertahanan. Salah satu bioterorisme yang pernah menggegerkan dunia adalah serangkaian serangan biokimia di Amerika Serikat yang dipicu oleh serangan penyakit antraks di tahun 2001.

Dari catatan Kompas.com, peristiwa yang dikenal dengan nama "Amerithrax" ini terjadi tak lama setelah serangan teroris 11 September 2001 di kompleks gedung World Trade Center (WTC).

Metode serangan dilakukan lewat kiriman pos yang mengandung bakteri antraks berbentuk bubuk seperti bedak. Surat berisi antraks itu dikirim ke sejumlah jurnalis hingga politisi terkemuka, termasuk senator di tahun 2001.

Beberapa fasilitas strategis dan fasilitas umum di AS juga disebut-sebut mendapat serangan teror antraks saat itu. Akibat serangan itu, sebanyak 5 orang meninggal dunia dan 17 terinfeksi.

Penyidik federal Amerika Serikat menyatakan pihak yang berada di balik serangan itu adalah Dr Bruce Ivins. Mantan peneliti pertahanan biokimia di Institut Penelitian Penyakit Menular milik angkatan bersenjata AS tersebut belakangan bunuh diri.

Catatan sampingan yang menarik adalah bahwa hingga 2006 FBI sempat mencurigai dan mengejar Steven Hatfill, seorang pakar bio-teror lainnya. Tapi dengan munculnya bukti baru dan pergantian kepala penyidikan kecurigaan beralih pada Ivins.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Anggota Parlemen Iran Salahkan Bioterorisme AS

Bruce Ivins disebut bekerja sendiri dan bukan bagian dari jaringan teroris. Kasus "Amerithrax" menjadi penyidikan senjata biokimia terbesar sepanjang sejarah AS.

"(Penyidikan) mengungkapkan bahwa almarhum Dr Bruce Ivins bekerja sendiri dalam merencanakan dan menjalankan serangan-serangan ini," begitu pernyataan gabungan dari Depkeh AS, FBI, dan Pelayanan Inspeksi Pos AS pada Februari 2010, seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (18/2/2022).

Penyidikan "Amerithrax" resmi dihentikan pada Februari 2010.

Kasus bioterorisme lain yang cukup menjadi perhatian adalah kasus serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo, Jepang pada 20 Maret 1995.

Pelaku penyerangan serangan ini adalah lima tim kecil dari sekte keagamaan Aum Shinrikyo. Mereka melepas gas sarin yang berbahaya ke udara. Setelah menggunakan obat penangkal racun gas sarin ke-10 orang itu kabur.

Baca juga: Teori Konspirasi Chemtrail dan Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang

Sementara itu, para penumpang yang berdesakan di dalam kereta mulai dibutakan dan mengalami kesulitan bernapas lalu berebut mencari pintu keluar.

Akibat dari serangan gas sarin tersebut, 12 orang tewas, 5.500 orang dirawat di rumah sakit dan beberapa dari mereka dalam kondisi koma.

Sebagian besar korban sembuh dari dampak gas sarin itu, tetapi sebagian lainnya menderita dampak permanen pada paru-paru, mata, dan sistem pencernaan.

Sebuah subkomite yang dibentuk Senat AS menyebut jika gas sarin itu dilepaskan dengan cara yang lebih efektif kemungkinan besar puluhan orang akan meninggal dunia.

Usai serangan gas sarin, kepolisian Jepang menggerebek markas sekte Aum Shinrikyo dan menangkap ratusan anggotanya termasuk sang pemimpin Shoko Asahara.

"Contoh nyata dari biochemical terrorism itu adalah kasus Gas Sarin di Subway Tokyo 20 Maret 1995 oleh Shoko Asahara dan di AS ada serangan amplop Anthrax," kata pengamat militer, Anton Aliabbas dalam perbincangan dengan Kompas.com, Jumat (18/2/2022).

Dengan berbagai fenomena dan ancaman pertahanan saat ini, Pemerintah Indonesia diminta untuk mewaspadai bioterorisme. Menurut Anton, Indonesia sudah seperlunya memiliki institusi seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) milik Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com