Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Siap-siap Deklarasi Capres Pertama, Siapa?

Kompas.com - 14/02/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PROSES pemilu yang sudah ditetapkan pada 14 Februari 2022, membuat para politisi akhirnya "menyalakan mesin" politiknya.

Ada kabar terbaru dari deklarasi resmi capres pertama, yang selama ini tampak tertutup dalam memberi pernyataan capres, siapa dia?

Jika dilihat dari peluang, maka sejumlah survei kredibel yang bisa menjawab.

Beberapa di antaranya adalah tiga nama besar, yang diperkirakan kecil kemungkinan tidak maju sebagai capres. Ketiga nama itu adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Jika dilebarkan lagi ada tiga nama lainnya di belakang, di antaranya adalah Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Siapa punya peluang?

Jika tiga nama pertama dikatakan sulit untuk tidak maju sebagai calon presiden, maka kelompok nama kedua, sulit dikatakan tidak akan digoda agar maju sebagai calon wakil presiden.

Tapi tunggu dulu, ini semua baru spekulasi saat ini, di mana Undang-undang Pemilu masih berproses di Mahkamah Konstitusi atas syarat pencalonan presiden alias Presidential Threshold.

Syarat pengusungan pasangan capres-cawapres saat ini, yakni partai politik atau gabungan partai politik dari perolehan 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara hasil pemilu sebelumnya.

Sementara yang diminta adalah Presidential Threshold 0 persen, alias tanpa syarat perolehan suara pada pemilu sebelumnya.

Mana yang akan diputuskan MK? Masih terus berjalan. Yang jelas jika skenario pertama, maka sesuai UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017, maka dipastikan maksimal hanya ada tiga calon, atau bahkan paling mungkin dua pasangan calon presiden dan wakilnya.

Namun jika Presidential Threshold nol persen, maka dimungkinkan untuk muncul lima pasangan calon. Kenapa tidak lebih?

Partai politik pengusung pasti berhitung, karena mencalonkan presiden butuh banyak kegiatan, kampanye, hingga sosial. Uang yang sering diistilahkan "gizi" menjadi penting untuk dipertimbangkan.

Jadi rasanya, sulit untuk dibayangkan ada lebih dari lima pasangan calon, walaupun syarat pencalonannya ditekan hingga nol persen!

Lalu bagaimana dengan peluang tiga nama teratas, jika mengacu pada aturan UU lama? Ada yang menarik di sini!

Perilaku memilih (voting behavior) dalam pemilu

Dalam subyek penelitian perilaku memilih (Voting Behaviour), maka sosok yang akan dipilih akan melewati tiga tahap psikologi pemilih, yakni pertama; dikenal, kedua; disukai, baru tahap yang ketiga; dipilih.

Dikenal tapi tak disukai, maka tak akan dipilih. Terlebih tak dikenal, maka pasti tak akan pula dipilihnya.

Jika kita masukkan ke dalam data ketiga nama pada kelompok tertinggi pertama, Prabowo, Ganjar, Anies, maka berturut-turut yang paling tinggi tingkat pengenalan publiknya alias dikenal atau popularitasnya adalah Prabowo Subianto (93 persen), Anies Baswedan (82 persen) dan Ganjar Pranowo (67 persen).

Hasil ini dikumpulkan pada survei terakhir pada kurun waktu Desember 2021 hingga Januari 2022, oleh lembaga Survei kolaborasi Politika Research & Consulting dengan Parameter Politik Indonesia serta Lembaga Survei Trust Indonesia Research and Consulting.

Namun popularitas ini baru sebatas dikenal, dalam perilaku memilih. Belum tentu disukai yang berujung pada akhirnya dipilih.

Jika menilik dari angka popularitas di atas, maka sampai saat ini, Ganjar Pranowo yang paling diuntungkan, karena dengan popularitas paling rendah dibanding Prabowo dan Anies, namun tingkat keterpilihannya, bersaing ketat.

Nah, jika ketiganya-katakanlah-maju dalam Pilpres, dalam kondisi seperti ini, maka hampir bisa dipastikan, Ganjar Pranowo yang paling mungkin unggul.

Kenapa? Karena pada Pilpres, dalam beberapa kali kejadian ke belakang, angka popularitas calon ini akan naik hampir sama.

Sehingga asumsi logisnya, elektabilitas Ganjar masih bisa melonjak jauh dari angka saat ini, pada titik popularitasnya yang paling rendah.

Dari situasi inilah, kecepatan deklarasi calon menjadi penting.

Hari ini, 14 Februari 2022, persis dua tahun sebelum hari pencoblosan Pilpres. Dengan adanya deklarasi, maka tingkat disukai memiliki potensi naik, yang berujung pada tingkat keterpilihan yang naik pula.

Semacam kampanye pada waktu yang memang belum diatur, dan sah-sah saja secara legal.

Tapi jika belum deklarasi capres, maka seolah pekerjaan menjadi terbatas, lingkup pembahasan di media massa tak luas, yang berujung pada terkungkungnya pula pengetahuan publik akan sosok tokoh tersebut.

Meski pro dan kontra soal tanggung jawab pekerjaan utama tentu menjadi isu yang seksi untuk terus dibahas, dan bisa menjadikan nilai positif atau bahkan sebaliknya, negatif bagi sang sosok.

Siap-siap deklarasi capres?

Pertanyaannya kini, dari ketiga nama, mana yang paling mungkin dan paling perlu untuk deklarasi?

Jawabannya adalah Prabowo Subianto, jika memang hendak maju Pilpres.

Apakah nanti dari deklarasi demi deklarasi ini, akan mengubah peta perolehan suara dalam survei? Sangat mungkin! Menarik untuk dicermati.

Bagi publik, semakin banyak calon yang terpampang secara transparan, semakin baik.

Semakin mudah pula untuk menilai kiprah yang akan dikaitkan dengan rekam jejak baik positif maupun negatif di mata publik bagi sang tokoh.

Tak ada yang tak mungkin dalam pemilihan. Terlebih di Indonesia catatan sejarah menunjukkan, di saat-saat akhirlah, secara mengejutkan sosok yang kemudian terpilih menjadi orang nomor satu negeri ini.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com