Ada kabar terbaru dari deklarasi resmi capres pertama, yang selama ini tampak tertutup dalam memberi pernyataan capres, siapa dia?
Jika dilihat dari peluang, maka sejumlah survei kredibel yang bisa menjawab.
Beberapa di antaranya adalah tiga nama besar, yang diperkirakan kecil kemungkinan tidak maju sebagai capres. Ketiga nama itu adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Jika dilebarkan lagi ada tiga nama lainnya di belakang, di antaranya adalah Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Siapa punya peluang?
Jika tiga nama pertama dikatakan sulit untuk tidak maju sebagai calon presiden, maka kelompok nama kedua, sulit dikatakan tidak akan digoda agar maju sebagai calon wakil presiden.
Tapi tunggu dulu, ini semua baru spekulasi saat ini, di mana Undang-undang Pemilu masih berproses di Mahkamah Konstitusi atas syarat pencalonan presiden alias Presidential Threshold.
Syarat pengusungan pasangan capres-cawapres saat ini, yakni partai politik atau gabungan partai politik dari perolehan 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara hasil pemilu sebelumnya.
Sementara yang diminta adalah Presidential Threshold 0 persen, alias tanpa syarat perolehan suara pada pemilu sebelumnya.
Mana yang akan diputuskan MK? Masih terus berjalan. Yang jelas jika skenario pertama, maka sesuai UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017, maka dipastikan maksimal hanya ada tiga calon, atau bahkan paling mungkin dua pasangan calon presiden dan wakilnya.
Namun jika Presidential Threshold nol persen, maka dimungkinkan untuk muncul lima pasangan calon. Kenapa tidak lebih?
Partai politik pengusung pasti berhitung, karena mencalonkan presiden butuh banyak kegiatan, kampanye, hingga sosial. Uang yang sering diistilahkan "gizi" menjadi penting untuk dipertimbangkan.
Jadi rasanya, sulit untuk dibayangkan ada lebih dari lima pasangan calon, walaupun syarat pencalonannya ditekan hingga nol persen!
Lalu bagaimana dengan peluang tiga nama teratas, jika mengacu pada aturan UU lama? Ada yang menarik di sini!
Perilaku memilih (voting behavior) dalam pemilu
Dalam subyek penelitian perilaku memilih (Voting Behaviour), maka sosok yang akan dipilih akan melewati tiga tahap psikologi pemilih, yakni pertama; dikenal, kedua; disukai, baru tahap yang ketiga; dipilih.
Dikenal tapi tak disukai, maka tak akan dipilih. Terlebih tak dikenal, maka pasti tak akan pula dipilihnya.
Jika kita masukkan ke dalam data ketiga nama pada kelompok tertinggi pertama, Prabowo, Ganjar, Anies, maka berturut-turut yang paling tinggi tingkat pengenalan publiknya alias dikenal atau popularitasnya adalah Prabowo Subianto (93 persen), Anies Baswedan (82 persen) dan Ganjar Pranowo (67 persen).
Hasil ini dikumpulkan pada survei terakhir pada kurun waktu Desember 2021 hingga Januari 2022, oleh lembaga Survei kolaborasi Politika Research & Consulting dengan Parameter Politik Indonesia serta Lembaga Survei Trust Indonesia Research and Consulting.
Namun popularitas ini baru sebatas dikenal, dalam perilaku memilih. Belum tentu disukai yang berujung pada akhirnya dipilih.
Jika menilik dari angka popularitas di atas, maka sampai saat ini, Ganjar Pranowo yang paling diuntungkan, karena dengan popularitas paling rendah dibanding Prabowo dan Anies, namun tingkat keterpilihannya, bersaing ketat.
Nah, jika ketiganya-katakanlah-maju dalam Pilpres, dalam kondisi seperti ini, maka hampir bisa dipastikan, Ganjar Pranowo yang paling mungkin unggul.
Kenapa? Karena pada Pilpres, dalam beberapa kali kejadian ke belakang, angka popularitas calon ini akan naik hampir sama.
Sehingga asumsi logisnya, elektabilitas Ganjar masih bisa melonjak jauh dari angka saat ini, pada titik popularitasnya yang paling rendah.
Dari situasi inilah, kecepatan deklarasi calon menjadi penting.
Hari ini, 14 Februari 2022, persis dua tahun sebelum hari pencoblosan Pilpres. Dengan adanya deklarasi, maka tingkat disukai memiliki potensi naik, yang berujung pada tingkat keterpilihan yang naik pula.
Semacam kampanye pada waktu yang memang belum diatur, dan sah-sah saja secara legal.
Tapi jika belum deklarasi capres, maka seolah pekerjaan menjadi terbatas, lingkup pembahasan di media massa tak luas, yang berujung pada terkungkungnya pula pengetahuan publik akan sosok tokoh tersebut.
Meski pro dan kontra soal tanggung jawab pekerjaan utama tentu menjadi isu yang seksi untuk terus dibahas, dan bisa menjadikan nilai positif atau bahkan sebaliknya, negatif bagi sang sosok.
Siap-siap deklarasi capres?
Pertanyaannya kini, dari ketiga nama, mana yang paling mungkin dan paling perlu untuk deklarasi?
Jawabannya adalah Prabowo Subianto, jika memang hendak maju Pilpres.
Apakah nanti dari deklarasi demi deklarasi ini, akan mengubah peta perolehan suara dalam survei? Sangat mungkin! Menarik untuk dicermati.
Bagi publik, semakin banyak calon yang terpampang secara transparan, semakin baik.
Semakin mudah pula untuk menilai kiprah yang akan dikaitkan dengan rekam jejak baik positif maupun negatif di mata publik bagi sang tokoh.
Tak ada yang tak mungkin dalam pemilihan. Terlebih di Indonesia catatan sejarah menunjukkan, di saat-saat akhirlah, secara mengejutkan sosok yang kemudian terpilih menjadi orang nomor satu negeri ini.
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/14/07000081/siap-siap-deklarasi-capres-pertama-siapa-