Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuda Hitam AHY Sarat Makna, Dianggap Sikap Realistis Tak Bisa Menang di Pemilu 2024

Kompas.com - 08/02/2022, 12:03 WIB
Elza Astari Retaduari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seruan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada kader-kadernya untuk menjadi kuda hitam menjadi pembicaraan. Sikap Demokrat yang sarat makna itu dianggap sebagai sebuah sikap realistis dalam menghadapi Pemilu 2024.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyebut pernyataan AHY yang menyinggung Demokrat harus menjadi kuda hitam cukup mengagetkan. Penggunaan istilah kuda hitam di saat Pemilu yang relatif masih jauh, dianggap belum tepat.

"Pemilu kan masih jauh ya, kemudian AHY menggunakan kata kuda hitam itu. Kalau kuda hitam itu kan sering diartikan "mudah-mudahan kita menang" atau "kali aja kita menang". Tumben nih. Biasanya Demokrat kan selalu mengobarkan semangat optimisme," ujar Hendri Satrio dalam perbincangan dengan Kompas.com, Selasa (8/2/2022).

Di sisi lain, pria yang akrab disapa Hensat ini menilai pemilihan simbol kuda hitam juga dapat dimaknai Demokrat sedang berusaha realistis.

Dengan menjadikan kuda hitam sebagai penyemangat, Demokrat dinilai tidak menargetkan hasil yang muluk-muluk untuk menjadi pemenang di Pemilu 2024.

Baca juga: Kalah di Pilkada, AHY Mulai Bicara Maju Jadi Capres, Mungkinkah?

"Ini hal realistis yang menurut saya bagi Demokrat sebagai kuda hitam, tidak menargetkan tinggi-tinggi sebagai pemenang, tapi hanya sebagai kuda hitam yang mengadalkan keberuntungan," tuturnya.

Selain untuk Demokrat sebagai partai, kuda hitam juga dinilai menjadi simbol harapan untuk AHY dalam bursa calon presiden.

"Jadi realistis tidak akan menjadi pemenang dalam 2 hal. Pertama realistis bahwa Demokrat akan sulit menjadi pemenang Pemilu 2024, dan kedua adalah realistis butuh keberuntungan sebagai kuda hitam agar AHY bisa maju sebagai salah satu kandidat capres," papar Hensat.

Hanya saja, pakar komunikasi politik ini menilai seruan AHY terlalu cepat. Padahal, menurut Hensat, seruan-seruan seperti itu baiknya dilakukan ketika masa-masa kampanye Pemilu.

"Repot nanti ni AHY ke bawah, ke kadernya. Karena nanti di pertarungan sesungguhnya terjadi saat kampanye 2024, harus dikobarkan lagi semangatnya," ucapnya.

Baca juga: Heboh Gaya AHY Saat Olahraga, dari Unimog sampai Rompi Beban ala Militer

"Gimana mau naik semangatnya, kalau dari awal ketua umumnya sudah bilang kita jadi kuda hita saja. Kali aja kita beruntung menang," imbuh Hensat.

Belum lagi, bukan hanya Demokrat atau AHY saja yang ingin menjadi kuda hitam pada Pemilu 2024. Banyak partai dan tokoh yang juga ingin keluar sebagai kuda hitam jelang pemilu mendatang.

"Jadi menurut saya harus ada perbaikan komunikasi politik, terutama di internal dan pendukung Demokrat supaya Demokrat bisa menang," saran pendiri Lembaga Survei KedaiKopi tersebut.

Selain itu, dibutuhkan berbagai faktor lain agar Demokrat bisa menjadi pemenang di Pemilu.

"Karena nggak bisa hanya dengan modal kuda hitam saja," tegas Hensat.

AHY dan kuda hitamnya

Seruan kuda hitam disampaikan AHY dua tahun jelang pelaksanaan Pemilu 2024. Hal tersebut ia ungkapkan saat memberi semangat kepada kader-kadernya.

"Jangan merasa diri hebat, lebih baik kita menjadi kuda hitam yang tidak diperhitungkan tapi menang," kata AHY di hadapan kader Demokrat anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota, seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (4/2/2022).

Putra sulung mantan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memerintahkan agar para kader tidak jemawa.

AHY meminta kadernya untuk menjadi kuda perang yang tidak hanya bisa berlari kencang, tetapi punya inisiatif untuk melambat, berhenti, dan berbelok untuk meraih kemenangan.

"Jadi jangan asal lari kencang tanpa henti atau baru bergerak jika diperintah," tegasnya.

Baca juga: AHY Nilai Wajar jika Kader Demokrat Dorong Dia Jadi Capres 2024

Makna soal seruan kuda hitam oleh AHY dijelaskan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. AHY disebutnya tak ingin kader-kader Demokrat berpuas diri dengan hasil berbagai survei.

"Pernyataan Ketum AHY itu konteksnya ingin mengingatkan anggota dewan kami, agar jangan pernah terlena dengan berbagai hasil survei yang menempatkan Partai Demokrat di urutan dua, tiga, atau empat besar," terang Herzaky, Minggu (6/2/2022).

Pernyataan AHY soal kuda hitam kemudian divisualisasikan oleh para kader Demokrat lewat sebuah video singkat. Video tersebut diunggah dalam akun Twitter Kepala Bappilu Demokrat, Andi Arief, Senin (7/2/2022).

Baca juga: Konflik Partai Demokrat, Sejumlah Kader Protes AHY hingga Bakar Atribut di NTT

Dilansir dari Kompas.tv, video singkat itu menampilkan ilustrasi gambar AHY menaiki kuda berwarna hitam sambil membawa bendera Demokrat.

Video dilengkapi dengan narasi yang mengenang pemerintahan SBY selama dua periode memimpin Indonesia.

"Bahwa kita ingin menang Pemilu 2024 dan mengantarkan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai pemimpin negeri ini," kata narator dalam video.

Dalam video juga ditampilkan narasi bahwa Demokrat tak ingin menyalahgunakan kekuasaan. Lewat narasi video, para kader partai berlambang Mercy itu juga menegaskan siap menyongsong Pemilu 2024.

"Bahwa kita ingin melanjutkan warisan kepemimpinan SBY," tulis narasi pada video AHY dan kuda hitamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com