Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas: Butuh Waktu Tentukan RI Sudah Masuk Gelombang Ketiga Covid-19

Kompas.com - 02/02/2022, 19:53 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini kasus Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan dalam satu pekan terakhir.

Namun, kata Wiku, pihaknya masih membutuhkan waktu untuk menentukan Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga Covid-19.

"Namun kita masih membutuhkan waktu untuk memantau tren tersebut (lonjakan kasus Covid-19) jika dibandingkan dengan gelombang kedua yang lalu," kata Wiku dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (2/2/2022).

Baca juga: Melihat Kenaikan Kasus Aktif 910 Persen saat Indonesia Masuki Gelombang Ketiga Covid-19

Wiku mengatakan, saat ini yang menjadi perhatian bersama adalah menekan lonjakan kasus Covid-19.

Ia mengatakan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pemerintah akan terus menggencarkan program vaksinasi Covid-19, menyiapkan stok obat di apotek dan memperkuat layanan konsultasi kesehatan atau telemedicine bagi pasien Covid-19 tanpa gejala.

"Pencegahan transmisi lokal di dalam negeri dengan penguatan prokes dan pelacakan kontak erat, pemerintah juga akan terus melakukan pengetatan di pintu-pintu masuk negara serta memperketat skrining," ujarnya.

Lebih lanjut, Wiku mengatakan, pemerintah akan terus memantau tren kasus Covid-19 bersamaan dengan upaya pengendalian penularan virus Corona di berbagai sektor sosial dan ekonomi.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini pihaknya masih terus memantau kondisi kenaikan kasus Covid-19.

Sehingga, Nadia belum bisa memastikan apakah Indonesia saat ini telah masuk gelombang ketiga pandemi Covid-19 atau belum.

"Jadi untuk penetapan gelombang ketiga kita masih terus pantau. Karena baru 10 hari terjadi peningkatan kasus," ujar Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (1/2/2022).

Namun, menurutnya potensi gelombang ketiga itu bisa saja terjadi jika melihat peningkatan kasus Covid-19 saat ini.

Dia melanjutkan, ke depannya kasus harian Covid-19 juga berpotensi terus mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya.

Menurut Nadia, jika merujuk penjelasan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, puncak kasus harian Covid-19 berpotensi bisa tiga hingga kali lebih besar dari puncak kasus harian saat penularan varian Delta.

Sehingga jika tahun lalu puncak kasus harian saat penularan varian Delta sebanyak 56.000 maka ada potensi varian Omicron terjadi tiga hingga empat kali lipat.

Baca juga: Beda Jokowi dan Anak Buahnya Soal Evaluasi PTM Saat RI Masuki Gelombang Ketiga Covid-19

"Itu kemungkinannya ya. Bisa sampai tiga hingga empat kali kalau kita tidak disiplin protokol kesehatan, testing dan tracing masif, termasuk percepatan vaksiansi," kata Nadia.

"Namun, kita masih ada waktu untuk menurunkannya. Saat ini kita sudah tahu lebih banyak tentang varian Omicron," lanjutnya.

Dia menuturkan, saat ini yang perlu lebih diwaspadai adalah penularan dari transmisi lokal. Sebab saat ini penularan varia Omicron jumlahnya relatif lebih sedikit.

"Kalau dari pelaku perjalanan luar negeri itu risikonya kecil kan. Kita lihat kasus total saja dari PPLN itu hanya 1.000-an," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com