Namun, kata Wiku, pihaknya masih membutuhkan waktu untuk menentukan Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga Covid-19.
"Namun kita masih membutuhkan waktu untuk memantau tren tersebut (lonjakan kasus Covid-19) jika dibandingkan dengan gelombang kedua yang lalu," kata Wiku dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (2/2/2022).
Wiku mengatakan, saat ini yang menjadi perhatian bersama adalah menekan lonjakan kasus Covid-19.
Ia mengatakan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pemerintah akan terus menggencarkan program vaksinasi Covid-19, menyiapkan stok obat di apotek dan memperkuat layanan konsultasi kesehatan atau telemedicine bagi pasien Covid-19 tanpa gejala.
"Pencegahan transmisi lokal di dalam negeri dengan penguatan prokes dan pelacakan kontak erat, pemerintah juga akan terus melakukan pengetatan di pintu-pintu masuk negara serta memperketat skrining," ujarnya.
Lebih lanjut, Wiku mengatakan, pemerintah akan terus memantau tren kasus Covid-19 bersamaan dengan upaya pengendalian penularan virus Corona di berbagai sektor sosial dan ekonomi.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini pihaknya masih terus memantau kondisi kenaikan kasus Covid-19.
Sehingga, Nadia belum bisa memastikan apakah Indonesia saat ini telah masuk gelombang ketiga pandemi Covid-19 atau belum.
"Jadi untuk penetapan gelombang ketiga kita masih terus pantau. Karena baru 10 hari terjadi peningkatan kasus," ujar Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (1/2/2022).
Namun, menurutnya potensi gelombang ketiga itu bisa saja terjadi jika melihat peningkatan kasus Covid-19 saat ini.
Dia melanjutkan, ke depannya kasus harian Covid-19 juga berpotensi terus mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya.
Menurut Nadia, jika merujuk penjelasan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, puncak kasus harian Covid-19 berpotensi bisa tiga hingga kali lebih besar dari puncak kasus harian saat penularan varian Delta.
Sehingga jika tahun lalu puncak kasus harian saat penularan varian Delta sebanyak 56.000 maka ada potensi varian Omicron terjadi tiga hingga empat kali lipat.
"Itu kemungkinannya ya. Bisa sampai tiga hingga empat kali kalau kita tidak disiplin protokol kesehatan, testing dan tracing masif, termasuk percepatan vaksiansi," kata Nadia.
"Namun, kita masih ada waktu untuk menurunkannya. Saat ini kita sudah tahu lebih banyak tentang varian Omicron," lanjutnya.
Dia menuturkan, saat ini yang perlu lebih diwaspadai adalah penularan dari transmisi lokal. Sebab saat ini penularan varia Omicron jumlahnya relatif lebih sedikit.
"Kalau dari pelaku perjalanan luar negeri itu risikonya kecil kan. Kita lihat kasus total saja dari PPLN itu hanya 1.000-an," tambahnya.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/02/19531671/satgas-butuh-waktu-tentukan-ri-sudah-masuk-gelombang-ketiga-covid-19