Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Radar GCI, Alutsista Pencegat Pesawat Musuh Buatan Indonesia

Kompas.com - 20/01/2022, 11:24 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia mempunyai salah satu alat utama sistem persenjataan (alutsista) pencegat pesawat musuh yang sangat diandalkan, yakni radar Ground Controlled Interception (GCI).

Radar GCI menjadi satu di antara sederet alutsista yang dipamerkan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) Kemenhan Tahun 2022 yang berlangsung di Gedung Kemenhan, Jakarta, Kamis (20/1/2022).

Alutsista ini merupakan bagian dari produksi konsorsium Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenhan yang melibatkan PT Len Industri (Persero), LAPI ITB, Radar Telekomunikasi Indonesia, dan Infoglobal Teknologi Semesta.

Baca juga: Sederet Alutsista Andalan TNI: Jet Tempur, Tank, hingga Peluncur Roket

Radar ini juga bagian dari program command, control, communication, computer, intelligence, surveillance, and reconnaissance (C4ISR).

Radar ini dilengkapi command and control.

Ketika beroperasi, pengontrol radar GCI dapat memberikan pengarahan dan pengawalan terhadap pesawat tempur dalam melakukan pencegatan atau intersep.

Dengan kemampuan tersebut, radar GCI mempunyai peran krusial dalam membangun network centric warfare (NCW), sebuah metode peperangan yang berbasis pada konektivitas jaringan komunikasi dan data secara real time dari markas ke unit-unit tempur dan sebaliknya.

Dikutip dari laman len.co.id, dalam pencegatan pesawat musuh dibutuhkan identifikasi visual menggunakan pesawat pencegat atau buru sergap.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Alutsista, Berikut Daftarnya di TNI AD, AU, dan AL

Saat melakukan tugasnya, pesawat pencegat ini membutuhkan peran penuntun radar GCI yang menjadi salah satu alutsista utama dalam operasi pertahanan udara.

Sementara, pengerahan pesawat pencegat disesuaikan dengan karakteristik sasaran udara yang dicurigai.

Jika target berkecepatan terbang tinggi, yang dikerahkan pun pesawat berkemampuan terbang supersonik, atau sebaliknya.

Pengerahan pesawat selain untuk melihat sasaran secara visual, juga untuk melakukan penggiringan, pengusiran, atau pemaksaan mendarat, bahkan penghancuran.

Baca juga: Daftar Alutsista yang Dibeli Prabowo Selama Menjabat Menhan RI

Dikutip dari airspace-review.com, pengontrol radar GCI bekerja atas perintah Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosekhanudnas).

Dalam pelaksanannya, operator radar GCI harus bisa menghadapkan satu pesawat buru sergap untuk mengatasi paling tidak dua pesawat udara lawan, atau dua pesawat untuk minimal tiga pesawat musuh.

Karena itu, operator radar GCI memiliki kemampuan yang tidak sembarangan.

Selain harus mengantongi sertifikasi, operator radar GCI juga harus mempunyai kemampuan mengatur pesawat buru sergap dalam perang udara secara terbuka (dogfight).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com