Namun, zona megathrust juga memiliki potensi untuk memicu terjadinya gempa besar.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,6 yang terjadi di Sumur, Banten, Jumat lalu disebut-sebut dapat memicu “ancaman sesungguhnya” yang lebih besar.
“Gempa Ujung Kulon, Banten, kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya karena segmen magathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7,” ujar Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dilansir Antara, Sabtu (15/1/2022).
Baca juga: Gempa Vulkanik yang Pernah Terjadi di Indonesia
Sejarah mencatat, gempa besar yang diiringi dengan tsunami pernah terjadi di Selat Sunda, yakni pada tahun 1722, 1852, dan 1958.
Tsunami terjadi pada tahun-tahun tersebut diakibatkan aktivitas gempa.
Kemudian, pada tahun 416, 1883, 1928, dan 2018, terjadi tsunami pasca erupsi Gunung Krakatau yang terletak di antara Pulau Jawa dan Sumatera.
Daryono mengatakan, gempa dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat diprediksi, apalagi dihentikan, sehingga mitigasi menjadi sangat krusial.
“Namun, dalam ketidakpastian itu kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret, seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi,” kata dia.
Baca juga: Jumlah Rumah yang Rusak akibat Gempa di Pandeglang Bertambah
Hal senada juga disampaikan oleh Pakar kegempaan ITB Irwan Meilano.
Menurut Irwan, gempa yang terjadi di Banten akhir-akhir ini menjadi alarm yang menunjukkan bahwa sumber gempa megathrust yang dikhawatirkan oleh para ahli itu benar-benar aktif.
"Pesan yang perlu kita baca sama-sama, bahwa wilayah itu adalah wilayah yang aktif secara tektonik. Wilayah yang ingin bilang bahwa kami ini aktif dan berpotensi, dan buktinya gempa hari Jumat kemarin," ujar Irwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.