Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Vaksinasi di Sejumlah Daerah Masih Rendah, Anggota DPR Ingatkan soal Prinsip Keadilan

Kompas.com - 11/01/2022, 09:49 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani Aher mengingatkan pemerintah untuk terus memastikan ketersediaan logistik vaksin di seluruh Indonesia.

Sebab, dia memerhatikan masih banyak laporan terkait daerah yang cakupan vaksinasi dosis penuhnya masih rendah

"Pemerintah berkewajiban memastikan ketersediaan logistik vaksin dan melakukan percepatan vaksinasi mengingat sampai saat ini pandemi belum berakhir dan mengancam seluruh rakyat Indonesia," kata Netty saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/1/2022).

Baca juga: UPDATE 8 Januari 2022: Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua Capai 56,04 Persen dari Target

Politikus PKS itu kemudian menerangkan bahwa pemerintahlah yang telah memilih vaksin sebagai kebijakan publik terbaik untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Menurut pemerintah, kata Netty, tujuan adanya vaksin adalah untuk membentuk dan meningkatkan antibodi sehingga tercegah dari paparan virus Corona atau dapat terhindar dari keparahan jika terpapar.

"Vaksin adalah public goods yang dipilih oleh Pemerintah sebagai salah satu cara dalam menghadapi pandemi," tuturnya.

Di sisi lain, Netty menekankan bahwa pandemi Covid-19 juga telah ditetapkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 sebagai bencana nasional.

Hal ini yang juga harus diperhatikan pemerintah dalam melaksanakan program vaksinasi Covid-19 secara merata.

"Artinya, setiap kebijakan dan anggaran yang digunakan untuk penanganan pandemi harus mengedepankan prinsip keadilan, termasuk kebijakan vaksinasi," tegasnya.

Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah dalam kebijakan vaksinasi.

Kebijakan itu harus dilakukan dengan cermat dalam beberapa hal seperti, memetakan sasaran vaksinasi, memenuhi kebutuhan logistik vaksin, menyediakan tempat dan tenaga kesehatan.

"Selain itu juga menangani KIPI yang terjadi, serta memerhatikan secara khusus daerah 3 T yang seringkali minim sarana/prasarana untuk pelaksanaan vaksinasi," ucapnya.

Dia meminta pemerintah memerhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi lagi daerah yang masih mengalami ketertinggalan akses vaksinasi.

"Jangan ada satu pun yang tertinggal karena keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi yang harus dijunjung oleh pemerintah," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Keadilan Kesehatan khawatir syarat vaksinasi booster memunculkan ketidakadilan akses vaksin.

Baca juga: Fakta Vaksinasi Booster di Tangerang, Target 104.000 Orang dan Akan Digelar di Beberapa Titik

Sebab, hingga 7 Januari 2022, tercatat baru 244 kabupaten/kota yang memenuhi syarat untuk menggelar vaksinasi booster atau dosis ketiga.

Artinya, masih ada 290 kabupaten/kota yang mencatatkan cakupan vaksinasi dosis penuh kurang dari 60 persen.

"Apabila booster diberikan kepada 244 kabupaten dan kota saja, maka dapat menyebabkan ketidakadilan akses vaksin. Sebab, mereka terproteksi lebih dahulu dibandingkan warga di 290 kabupaten dan kota lainnya," kata Anggota Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Keadilan Kesehatan Firdaus Ferdiansyah dalam konferensi pers, Minggu (9/1/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin 'Presidential Club' Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin "Presidential Club" Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com