JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas responden tak setuju dengan program vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau vaksinasi booster.
Hal ini menjadi temuan survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis Minggu (9/1/2022).
"Vaksin ketiga atau booster, 54,8 persen tidak setuju, 41 persen setuju. Jadi bahkan dikasih booster pun masyarakat lebih banyak yang tidak setuju ketimbang yang setuju," kata Direktur Eksekutif Indikator, Burhanudin Muhtadi, dalam konferensi pers daring, Minggu.
Survei tak merinci alasan responden tidak setuju pada program vaksinasi booster. Namun, survei merinci sosio demografi responden yang tak setuju pada program tersebut.
Baca juga: Menkes: Vaksin Booster Gratis atau Berbayar Akan Diputuskan Pekan Depan
Tercatat, responden perempuan lebih banyak tidak setuju pada program tersebut yakni 57,1 persen. Sedangkan responden laki-laki yang tak setuju sebesar 52,6 persen.
Dari segi usia, responden berusia 22-25 tahun paling banyak tidak setuju pada program vaksinasi booster yakni 61,8 persen, lalu responden 41-55 tahun sebesar 61,6 persen.
Kemudian, dari segi pendidikan, lulusan SMP yang paling banyak tak setuju pada vaksinasi booster yakni 65,2 persen, lalu lulusan SD sebanyak 56,6 persen, dan lulusan SLTA 50,8 persen.
Dari segi pekerjaan, wiraswasta dan pengusaha yang paling banyak tak setuju pada vaksinasi booster yakni 60,5 persen, kemudian ibu rumah tangga 59,6 persen, dan buruh kasar sebesar 53,6 persen.
Dari segi pendapatan, penduduk dengan pendapatan 1-2 juta yang paling banyak tidak setuju terhadap vaksinasi booster yakni 58,0 persen, lalu penduduk berpendapatan kurang dari 1 juta sebanyak 55,6 persen.
Baca juga: Survei Indikator: Prabowo Capres Terkuat, Ungguli Ganjar dan Anies
Adapun survei digelar selama 6-11 Desember 2021. Survei melibatkan 2.020 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Menggunakan metode wawancara tatap muka, survei ini memiliki margin of error sebesar 2,9 persen.