Kemenkes juga menyebutkan, mayoritas pasien terinfeksi varian Omicron ditemukan pada usia 40-49 tahun. Selain itu, hampir semua pasien yang tengah dirawat berjenis kelamin laki-laki.
Nadia mengatakan, 52 orang pasien Covid-19 dari varian Omicron tidak mengalami gejala dan pasien lainnya mengalami gejala ringan.
"Kalau kita lihat 52 itu tidak bergejala sama sekali, sisanya bergejala tapi sangat ringan," ujar dia.
Baca juga: Kemenkes: Mayoritas Pasien Covid-19 Varian Omicron Usia 40-49 Tahun
Secara terpisah, Ketua Pokja Pinere Rumah Sakit Infeksi Paru (RSPI) Sulianti Saroso Pompini Agustina Sitompul mengatakan, adanya tanda hiperkoagulopati pada pasien Covid-19 dengan Omicron yang dirawat di RSPI.
Dilansir dari hellosehat.com, hiperkoagulopati atau hiperkoagulasi adalah kondisi ketika darah dalam tubuh seseorang cenderung lebih mudah mengalami proses penggumpalan atau pembekuan darah.
Ia mengatakan, tanda hiperkoagulopati tersebut terjadi pada pasien Covid-19 yang bahkan tak menunjukkan gejala.
"Ada beberapa kasus konfirm yang memiliki komorbid dan kami melihat juga memiliki tanda hiperkoagulopati meskipun pasien ini merasa tanpa gejala. Itu yang harus diwaspadai," ujar Pompini dalam webinar, Kamis.
Pompini menyampaikan dalam menanganinya, RSPI sudah melakukan isolasi terhadap pasien dengan kasus probable, kasus terkonfirmasi yang tanpa gejala serta gejala ringan, dan kasus yang sudah menjalankan vaksin dua dosis.
"Apakah hiperkoagulopati itu terus berdampak pada infeksi paru, ginjal ini yang kita harus waspadai," ucap dia.
Baca juga: Pasien Omicron di RSPI Tunjukkan Tanda Pembekuan Darah
Pompini memastikan, gejala kasus Covid-19 Omicron yang ada di RSPI tidak berbeda dengan kasus Covid-19 lainnya seperti mengalami anosmia, hidung tersumbat, pilek, dan batuk.
"Hanya memang pasien dengan komorbid yang menjadi perhatian, pasien tersebut tanpa gejala tapi kami memiliki standar pemeriksaan ditemukan kondisi hiperkoagulopati," kata dia.
Hasil sementara sero survei
Di samping itu, Kemenkes juga menyampaikan hasil sementara sero survei nasional. Menurut pihak Kemenkes, sero survei nasional menunjukkan bahwa kekebalan masyarakat terhadap Covid-19 cukup tinggi.
Nadia mengatakan, hal itu terlihat dari tingginya filter antibodi yang terbentuk di masyarakat.
Sero survei ini bertujuan mengetahui sejauh mana kekebalan komunitas atau herd immunity masyarakat terhadap Covid-19.
"Memang hasilnya belum keluar resmi, karena memang datanya belum selesai untuk dianalisis. Tapi dari data yang ada, terlihat bahwa filter antibodi yang terbentuk cukup tinggi di masyarakat," ujar Nadia.
Baca juga: Kemenkes: Hasil Sero Survei Nasional, Filter Antibodi Masyarakat Cukup Tinggi
Menurut Nadia, kekebalan masyarakat terbentuk lantaran ada kelompok masyarakat yang sempat terinfeksi varian Delta tetapi kemudian melakukan vaksinasi.
"Jadi apa yang disebut superimmunity itu yang terjadi," kata Nadia.
Meski demikian, ia meminta kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi penularan Covid-19. Sebab, beberapa provinsi mengalami peningkatan kasus dalam sepekan terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.