Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Cegah Penularan Omicron, Satgas Covid-19 Tegaskan RI Bisa Belajar Dari 3 Negara Ini

Kompas.com - 24/12/2021, 13:08 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia dapat belajar dari tiga negara untuk mencegah penularan Covid-19, terutama varian Omicron.

Adapun ketiga negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Norwegia, dan Korea Selatan (Korsel). Ketiga negara ini telah memiliki tingkat vaksinasi dosis lengkap yang tinggi. Namun hal ini tidak menjamin masyarakatnya bisa terhindar dari penularan Covid-19.

"Ketiga negara itu merupakan negara yang melaporkan adanya kasus positif dan kematian cukup signifikan akibat Omicron," imbuh Wiku seperti yang dimuat dalam laman covid19.go.id, Kamis (23/11/2021).

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat, Kamis.

Baca juga: Surabaya Terima Penghargaan Penanganan Covid-19 Terbaik di Jatim

Pada kesempatan itu, Wiku menjelaskan, cakupan vaksinasi dosis lengkap di AS, Norwegia, dan Korsel melebihi persentase 60 persen. Namun nyatanya, kasus positif dan kematian tetap dapat meningkat.

“Seperti di AS, cakupan vaksinasi dosis lengkap mencapai 61 persen. Namun, tidak dibarengi pengaturan kegiatan masyarakat, mobilitas, dan perjalanan antar negara yang terus meningkat,” ujarnya.

Adanya kegiatan berkumpul di tempat umum maupun pemukiman selama periode thanksgiving dan menjelang Natal serta Tahun Baru (Nataru) diklaim menjadi penyebab meningkatnya penularan Covid-19.

Kegiatan tersebut diperparah dengan penggunaan masker yang sudah tidak menjadi kewajiban sejak lama dan pengawasan protokol kesehatan (prokes) juga tidak dilakukan dengan ketat.

Baca juga: Pemprov DKI Perketat Pengawasan Prokes di Tempat yang Berpotensi Terjadi Kerumunan Saat Natal dan Tahun Baru

“Selanjutnya, di Norwegia. Negara ini menjadi salah satu dari sekian negara di Eropa dengan kasus Omicron yang terus meningkat tajam,” ujar Wiku.

Padahal, lanjut dia, vaksin dosis lengkap di Norwegia telah mencapai 71,45 persen. Namun, masih muncul kasus positif yang dibarengi peningkatan jumlah kematian.

Menurut Wiku, kenaikan kasus positif di Norwegia akibat penularan Omicron yang meluas di masyarakat. Hal ini terjadi karena masifnya kegiatan pesta menjelang Nataru dan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, serta pelonggaran penerapan prokes terutama kebebasan penggunaan masker.

“Ditambah lagi perjalanan dari dan ke sesama negara Eropa yang tinggi tidak dibarengi dengan peraturan ketat terhadap syarat perjalanan.

Baca juga: UPDATE Corona 17 Desember: Omicron Ditemukan di Indonesia | 3 Negara Eropa Catat Rekor Kasus Tertinggi Covid-19

Selain itu, lanjut dia, tingginya kasus positif juga disebabkan letak geografis negara-negara tersebut yang berada dalam satu daratan.

Penyebab lainnya, yaitu tingginya ketergantungan antarnegara sehingga lebih sulit untuk menerapkan kebijakan perjalanan seperti testing dan karantina.

“Negara terakhir adalah Korsel. Korsel merupakan salah satu negara di Asia dengan vaksinasi dosis lengkap tertinggi yaitu mencapai lebih dari 80 persen populasi,” imbuh Wiku.

Meski capaian vaksinasi tinggi, sebut dia, hal itu tidak menghentikan masuknya varian Omicron dan kasus Covid-19 yang terus meningkat.

Baca juga: Jerman Laporkan Kematian Pertama akibat Omicron

Bahkan tren kematian di Korsel juga meningkat. Hal ini disebabkan karena persiapan menuju endemi yang tidak dilakukan dengan baik.

“Padahal kasus di Korsel sempat menurun pada Oktober dan November 2021, seiring pembukaan bertahap pada aktivitas masyarakat,” ucap Wiku.

Pembukaan aktivitas masyarakat itu, kata dia, tidak dibarengi implementasi prokes di tempat umum. Justru malah jam operasional bar dan restoran serta tempat umum lainnya sudah tidak dibatasi.

Tidak ada solusi tunggal

Apabila berkaca dari tiga negara yang dijelaskan sebelumnya, Wiku mengatakan, tampak jelas tidak ada solusi tunggal dalam mencegah penularan Covid-19.

Terlebih jika masyarakatnya abai dalam mematuhi prokes, tentu saja potensi penularan akan tetap meningkat meski capaian vaksinasi tinggi.

"Vaksinasi yang tinggi jika tidak dibarengi pengaturan kegiatan masyarakat tidak akan maksimal mencegah penularan," ujar Wiku.

Ia menjelaskan, kondisi di Indonesia cukup berbeda karena kasus masih terkendali.

Baca juga: UPDATE: Bertambah 136, Kini Ada 4.261.208 Kasus Covid-19 di Indonesia

Meski kasus positif dan kematian terus menurun, tetapi cakupan vaksinasi dosis lengkap di Indonesia masih terbilang cukup rendah yaitu 39 persen dari total populasi.

“Oleh karenanya, jika melihat kondisi yang cukup mengkhawatirkan di berbagai negara lainnya, Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan dan semaksimal mungkin mencegah potensi penularan,” imbuh Wiku.

Terlebih, lanjut dia, di Indonesia sudah ada delapan kasus Omicron. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia telah menerapkan kebijakan berlapis pada pelaku perjalanan internasional serta memasifkan testing dan tracing.

Tak hanya itu, Wiku mengatakan, Indonesia memiliki tugas besar untuk menjaga agar kasus di tidak meningkat.

Baca juga: 5 Pasien Terinfeksi Omicron, Total Kasus Covid-19 di Indonesia 4.261.072, Capaian Vaksinasi Sudah 52 Persen dari Herd Immunity

“Ada tiga tantangan yang harus dihadapi, yaitu kasus yang sedang stabil rendah, aktivitas masyarakat yang sudah kembali normal, serta masuknya varian Omicron yang diketahui lebih cepat penularannya,” ujarnya.

Guna mengantisipasi hal itu, Wiku meminta pemerintah daerah (pemda) terus memonitor perkembangan kasus. Apabila menunjukkan kenaikan agar segera ditindaklanjuti.

Selain memonitor, kata dia, pengawasan prokes penting dilakukan baik di fasilitas umum (fasum) hingga di tingkat pemukiman di desa atau kelurahan melalui Satgas posko.

"Saya minta kepada masyarakat yang saat ini masih berada di Indonesia dimohon menahan diri untuk tidak bepergian ke luar negeri jika tidak ada keperluan mendesak," ucap Wiku.

Baca juga: Masyarakat Diperbolehkan Pergi ke Luar Negeri, tetapi dengan Syarat…

Apabila harus bepergian ke luar negeri, setiap individu yang melaksanakan perjalanan wajib menerapkan dan mematuhi prokes 6M sesuai Surat Edaran (SE)Satgas Covid-19  Nomor 16 Tahun 2021.

Prokes 6M yang dimaksud adalah memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com