Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kritik untuk Jokowi: Lu Jual Gue Beli

Kompas.com - 19/12/2021, 13:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika menilik usaha menengah, besarnya cuma 0,009 persen dengan jumlah pelaku usaha mencapai 60.702 (Kompas.com, 13 Desember 2021).

Dengan tegas Anwar Abbas menyebut kesenjangan ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi.

Kesenjangan yang terjadi di masyarakat akan sangat berbahaya dan berpotensi mengganggu stabilitas dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Bila hal ini terus berlangsung, maka akan menciptakan sesuatu yang tidak baik. Kesenjangan sosial akan semakin tajam dari tahun ke tahun.

Balasan & Tohokan ala Jokowi

Mendengar kritik tajam yang disampaikan dalam forum resmi, berbeda dengan Nasruddin Hoja yang selalu menurut kritik dari orang-orang lain, Jokowi mengambil langkah “ofensif”.

Tantangan terbuka dilayani dengan sikap gentleman. Sepertinya Jokowi berprinsip; “lu jual, gua beli”.

Seakan melupakan teks pidato yang telah disiapkan, Jokowi tidak membantah pernyataan Anwar Abbas terkait kesenjangan yang dicemaskan.

Jokowi cuma menyebut, bukan dirinya yang membagi atau mengkapling-kapling lahan untuk kelompok-kelompok tertentu.

Beragam pengamat komunikasi politik, di antaranya yang meneliti dari aspek gestur jelas Jokowi memperlihatkan “kemarahan” sekaligus “ketidaksenangan” terhadap kritik yang disampaikan dengan terbuka.

Berbeda dengan pola-pola komunikasi presiden-presiden sebelumnya, terutama Soeharto atau Soesilo Bambang Yudhoyono yang terkesan menghindar, bahkan “lari”, justru Jokowi memperlihatkan pola komunikasi yang berbeda. Jokowi langsung reaktif.

Sikap ofensif ini jelas dipilih oleh pihak yang menyangkal kritik karena memiliki dasar pijakan yang bisa digunakan untuk mematahkan kritik tersebut.

Aksi bagi-bagi lahan, bukankah sudah lama dilakukan di era Soeharto dan diberikan kepada kroni-kroninya?

Jika Anwar Abbas mau “piknik” sejenak saja, tidak usah jauh-jauh dari Jakarta, tepatnya di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, betapa luasnya tanah telah dikuasai oleh kerabat dan kroni Cendana.

Saya pernah ditunjukkan lahan yang dikuasai salah satu kerabat Soeharto. Sejak saya tertidur hingga terbangun lagi di dalam kendaraan, tanah yang saya lewati adalah di bawah penguasaan salah satu anak Soeharto.

Fenomena seperti ini baru ditemui di Tulang Bawang. Belum lagi jika kita mau “piknik” ke daerah-daerah lain di tanah air yang lebih jauh seperti Bangka Belitung, belahan Pulau Sumatera yang lain, Kalimantan, Sulawesi bahkan Papua.

Penguasaan pulau-pulau di Kepulauan Seribu, DKI saja mirip “etalase” kemewahan dari kepemilikan “horang-horang” yang “tajir melintir”.

Menurut Jokowi, pemerintahan di eranya tengah melakukan redistribusi lahan melalui program reforma agraria.

Redistribusi lahan tersebut sudah mencapai 4,3 juta hektare dari total target 12 juta hektare lahan.

Karena Indonesia sudah memiliki bank tanah, maka pemerintah sangat memperhatikan hak guna usaha (HGU) dan hak guna bangunan (HGB) atas tanah yang diterlantarkan.

Tanah-tanah yang diterlantarkan akan dicabut izin HGU dan HGB-nya. Selanjutnya akan diberikan izin konsensi atas tanah yang ada.

Kesulitan yang dialami pemerintah adalah, ada tanah-tanah yang lebih dari 20 atau 30 tahun diterlantarkan tanpa diproses statusnya sehingga pemerintah sekarang kesulitan untuk memberikannya kepada pihak-pihak lain.

Bahkan dengan gaya khasnya yang “nyelekit”, Jokowi mempersilahkan jika MUI memerlukan lahan dalam jumlah yang sangat besar harap menyampaikan secara langsung kepada presiden.

Jokowi melakukan repetisi atas pernyataannya: “Saya akan carikan. Saya akan siapkan”.

Tidak sekedar “nyelekit”, tohokan ala petinju bergaya fighter terus dilancarkan Jokowi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com