"Dengan kondisi (belum dibayar) gaji itu sangat mempengaruhi mengajar kami. Kadang tidak maksimal saat mengajar," lanjutnya.
Baca juga: Miris, Masih Ada Guru Honorer di Gunungkidul Digaji Rp 150.000 Per Bulan
Padahal, di sekolahnya saat ini terdapat 24 orang guru honorer dan hanya ada dua guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang telah resmi diakui negara.
Wilfridus sendiri mengakui, sedianya dia tidak berniat menjadi guru honorer.
Latar belakang pendidikannya pun bukan jurusan keguruan, melainkan di bidang pertanian.
"Saya sarjana pertanian. Awalnya menjadi guru honorer karena terpaksa. Tidak ada pekerjaan lain," ujarnya.
"Tapi dalam perjalanan mengajar di sekolah itu, saya timbul ada bahwa profesi guru itu adalah sebuah tempat mengabdi. Keberadaan guru juga sangat dibutuhkan di sini," lanjut dia.
Baca juga: Berkat Ganjar, Gaji Guru Honorer yang Dahulu Rp 200.000 Kini Rp 2,3 Juta
Namun, setelah enam tahun mengabdi sebagai guru honorer hanya sedikit dia merasa menikmati perannya. Lagi-lagi, perihal kesejahteraan guru honorer yang menjadi perhatiannya.
"Karena saya lihat upah guru sangat minim di NTT. Tidak sesuai dengan standar minimum," ungkapnya.
"Sehingga sampai saat ini saya belum melihat makna hari guru nasional. Peringatan hari guru di NTT ada tapi kalau saya pribadi perasaan biasa-biasa saja. Iya seremonial saja," katanya.
Meski demikian, Wilfridus masih tetap akan bertahan menjadi guru honorer. Sebab, dia bercita-cita diangkat sebagai guru berstatus PNS.
Baca juga: Hari Guru Nasional, Ketua Komisi X Harap Jadi Momentum Tuntaskan Rekrutmen Sejuta Guru Honorer
"Sekarang ini menjadi PNS jadi tujuan. Karena ini berkaitan dengan kita juga. Sebab upah untuk PNS menjanjikan tapi untuk honorer ini kan kalau bisa dibilang belum jelas," jelas pria asli Ende ini.
Berbagai upaya dia lakukan agar nasibnya lebih baik.
Misalnya, mengikuti seleksi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) dan tes ujian kompetensi guru (UKG).
"Tapi belum ada hasilnya (belum berhasil)," tambah Wilfridus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.