JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi Wilfridus Kado, seorang guru honorer asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), peringatan Hari Guru Nasional setiap 25 November hanya sekedar seremoni.
Hal itu semakin dirasakannya saat ini. Sebab, pengajar honorer di SMK Negeri 7 Ende ini belum menerima gaji selama tujuh bulan terakhir.
Kondisi tersebut diceritakan Wilfridus saat hadir dalam diskusi daring bertajuk "Cerita Guru Honorer" yang digelar secara daring, Sabtu (27/11/2021).
Diskusi ini membahas mengenai nasib para guru honorer yang kerap tak beruntung di negeri ini.
Sebagaimana diceritakan Wilfridus, honornya mengajar satu bulan yakni sebesar Rp 700.000.
Baca juga: Ketua Komisi X Nilai Nadiem Belum Sungguh-sungguh Mengafirmasi Keberadaan Guru Honorer
Besaran honor itu didapatkannya sejak 2018. Dia sendiri telah bekerja sebagai guru honorer sejak 2015 lalu.
Gaji pertamanya saat itu Rp 400.000 sebulan.
"Baru naik pada 2018 lalu. Jadi sampai sekarang gaji Rp700.000,- per bulan. Tetapi sudah tujuh bulan ini gaji belum dibayar," ungkap Wilfridus.
Padahal, gaji satu bulan diakuinya sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya beserta keluarga.
"Dengan nominal tadi sangat sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Untuk menutupi kekurangan kebetulan kan di sini di kampung sendiri. Jadi setiap pulang sekolah itu kita makan, selesai makan kita berkebun, beternak di sini," ujarnya.
Baca juga: Ketua DPR Dorong Guru Honorer Dimudahkan Jadi ASN
Sehingga selama tujuh bulan ini, dirinya bersama kawan-kawan guru honorer lain mengandalkan penghasilan sampingan dari berkebun, beternak maupun berjualan.
Wilbridus tidak menjelaskan penyebab mengapa honor mengajarnya tak kunjung diberikan.
Dia hanya mengungkapkan, pembayaran gaji para guru honorer biasanya diberikan sebulan sekali.
Hanya saja, tetap tergantung ketersediaan dana komite sekolah.
"Biasanya bayarnya tergantung dana komite. Kalau dana ada berarti langsung bayar," kata dia.
"Dengan kondisi (belum dibayar) gaji itu sangat mempengaruhi mengajar kami. Kadang tidak maksimal saat mengajar," lanjutnya.
Baca juga: Miris, Masih Ada Guru Honorer di Gunungkidul Digaji Rp 150.000 Per Bulan
Padahal, di sekolahnya saat ini terdapat 24 orang guru honorer dan hanya ada dua guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang telah resmi diakui negara.
Wilfridus sendiri mengakui, sedianya dia tidak berniat menjadi guru honorer.
Latar belakang pendidikannya pun bukan jurusan keguruan, melainkan di bidang pertanian.
"Saya sarjana pertanian. Awalnya menjadi guru honorer karena terpaksa. Tidak ada pekerjaan lain," ujarnya.
"Tapi dalam perjalanan mengajar di sekolah itu, saya timbul ada bahwa profesi guru itu adalah sebuah tempat mengabdi. Keberadaan guru juga sangat dibutuhkan di sini," lanjut dia.
Baca juga: Berkat Ganjar, Gaji Guru Honorer yang Dahulu Rp 200.000 Kini Rp 2,3 Juta
Namun, setelah enam tahun mengabdi sebagai guru honorer hanya sedikit dia merasa menikmati perannya. Lagi-lagi, perihal kesejahteraan guru honorer yang menjadi perhatiannya.
"Karena saya lihat upah guru sangat minim di NTT. Tidak sesuai dengan standar minimum," ungkapnya.
"Sehingga sampai saat ini saya belum melihat makna hari guru nasional. Peringatan hari guru di NTT ada tapi kalau saya pribadi perasaan biasa-biasa saja. Iya seremonial saja," katanya.
Meski demikian, Wilfridus masih tetap akan bertahan menjadi guru honorer. Sebab, dia bercita-cita diangkat sebagai guru berstatus PNS.
Baca juga: Hari Guru Nasional, Ketua Komisi X Harap Jadi Momentum Tuntaskan Rekrutmen Sejuta Guru Honorer
"Sekarang ini menjadi PNS jadi tujuan. Karena ini berkaitan dengan kita juga. Sebab upah untuk PNS menjanjikan tapi untuk honorer ini kan kalau bisa dibilang belum jelas," jelas pria asli Ende ini.
Berbagai upaya dia lakukan agar nasibnya lebih baik.
Misalnya, mengikuti seleksi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) dan tes ujian kompetensi guru (UKG).
"Tapi belum ada hasilnya (belum berhasil)," tambah Wilfridus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.