Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Budiman Sudjatmiko 6 Kali Ditangkap, Sejak SMA Dituduh Teroris hingga Kasus 27 Juli

Kompas.com - 16/11/2021, 11:35 WIB
Ardito Ramadhan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengungkapkan, dirinya pernah enam kali ditangkap oleh aparat selama masa Orde Baru.

Budiman mengatakan, ia pertama kali ditangkap aparat saat masih duduk di bangku kelas I SMA karena dituduh sebagai teroris.

"Saya kan pernah ditangkap enam kali, sejak SMA. SMA malah saya pernah ditangkap dianggap teroris," kata Budiman dalam wawancra di program "Beginu" di kanal YouTube Kompas.com, dikutip Selasa (16/11/2021).

Budiman menuturkan, ia dicurigai sebagai teroris karena ia bukan umat Katolik tetapi berada di sekitar gereja pada malam Natal.

Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 dan Kebungkaman Megawati

Ia mengatakan, sejak kecil ia memiliki seorang sahabat beragama Katolik yang sering mengajaknya ke gereja untuk melihat suasana Natal.

Namun, Budiman justru ditangkap oleh polisi hingga diinterogasi dan mengalami sejumlah penyiksaan.

"Langsung ketahuan saya bahwa saya bukan umat Katolik, ditangkap, diinterogasi. Di situlah saya pertama kali diinterogasi di kepolisian, dipukul, disiksa segala macam untuk menunjukkan bahwa 'kamu teroris ya, ngapain kamu ke gereja, kamu bukan orang Katolik'," kata Budiman.

Baca juga: Cerita Budiman Sudjatmiko Dituding Jadi Dalang Kerusuhan 27 Juli 1996

Saat duduk di bangku kelas 3 SMA, Budiman kembali ditangkap karena membuat kelompok diskusi di sekolahnya. Hasilnya, ia diinterogasi di kantor Dinas Sosial Politik Bogor.

Selanjutnya, Budiman juga pernah ditangkap di Yogyakarta saat berunjuk rasa mengenai solidaritas petani.

Budiman Sudjatmiko, di sela-sela wawancara dalam program Beginu di Jakarta, Jumat (5/11/2021).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Budiman Sudjatmiko, di sela-sela wawancara dalam program Beginu di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
Lalu, ia juga ditangkap di Surabaya saaat mengadovkasi petani di Situbondo yang lahan pertaniannya dijadikan tempat latihan perang.

"Jadi yang mengejar-ngejar saya adalah tentara-tentara, malam-malam sendirian saya sampai masuk jurang hujan-hujan. Kalau ketangkap mati mungkin saya," ujar Budiman.

"Akhirnya lolos dari situ, ketangkapnya di Surabaya malah, di terminal bus sama teman-teman saya. Diintergoasi di kantor Bakornastrada di Kodam Brawijaya, ya lumayan itu penyiksaannya," kata dia.

Baca juga: Budiman Sudjatmiko Berharap Pembangunan Lebih Memperhatikan Masyarakat Adat

Budiman mengatakan, hal yang paling menderitakan selama diinterogasi bukanlah saat disiksa secara fisik, tetapi ketika melihat temannya disiksa karena tidak tega.

Selain itu, Budiman juga merasa tidak tega saat harus memukul teman sendiri apabila memberikan keterangan yang tidak sesuai saat dikonfrontasi.

"Kami diinterogasi sendiri-sendiri, kan kami ngarang nih, ditemukan, dikonfrontasi, (keterangannya) beda, kita harus pukul teman kita. Ketika saya salah, teman saya pukul saya, paling enggak asik kan begitu," kata Budiman.

Baca juga: Budiman Sudjatmiko Sebut PDI-P Bukan Konseptor RUU HIP

Ia melanjutkan, ia ditangkap kelima kalinya di Cilacap saat mengorganisir buruh perkebunan dan penangkapan terakhirnya terjadi setelah ia dan sejumlah aktivis Partai Rakyat Demokratik dituduh mendalangi kerusuhan 27 Juli 1996.

Dari berbagai penangkapan dan interogasi yang telah dijalaninya, Budiman mengaku mendapat satu pelajaran yakni bagaimana cara berdebat.

Budiman mengatakan, para interogator yang pernah dihadapinya merupakan guru debat baginya, karena ia harus bisa meyakinkan interogator tersebut dalam situasi yang sulit.

"Saya belajar berdebat dari interogator-interogator saya untuk quick response gitu ya, menghadapi situasi yang tiba-tiba muncul fakta baru, itu saya akui guru berdebat saya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com