Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Masyarakat Minta Negara Jamin Keselamatan Orangtua Veronica Koman

Kompas.com - 08/11/2021, 19:38 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perlindungan Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) meminta negara menjamin keselamatan orangtua aktivis Veronica Koman.

Diketahui rumah orang tua Veronica mendapatkan teror berupa sebuah paket dari orang tak dikenal yang kemudian meledak, Minggu (7/11/2021).

“Negara melalui aparat penegak hukum, memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan semua warga negaranya, termasuk orang tua Veronica Koman,” terang anggota koalisi masyarakat sipil dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Nelson Nikodemus Simamora dalam keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).

Baca juga: Densus 88 Duga Teror ke Keluarga Veronica Koman Terkait Sikapnya soal Papua

Nelson menegaskan, orangtua Veronica tidak seharusnya menjadi sasaran aksi teror tersebut.

“Mereka tidak memiliki kaitan dengan aktivitas damai Veronica Koman,” sebut dia.

Nelson menerangkan, sejak tahun 2019, keluarga Veronika telah mendapatkan sejumlah teror.

“Sejak tahun 2019 terdapat pantauan rutin ke rumah orangtua Veronica Koman yang cukup meresahkan bagi sebagian tetangga,” ungkap dia.

Selain itu, lanjut Nelson, foto kediaman orangtua Veronica juga kerap disebarkan ke media sosial oleh akun-akun anonim.

“Hal itu merupakan bentuk intimidasi pada Veronica Koman dan keluarganya,” katanya.

Baca juga: Periksa CCTV, Polisi Duga Ada Dua Pelaku Teror Ledakan di Rumah Orangtua Veronica Koman

Nelson bercerita, Agustus 2019 lalu orang tak dikenal pernah mengirimkan paket atas nama Veronica untuk orangtuanya yang dititipkan pada Ketua RT setempat.

Selang beberapa jam, paket itu kemudian diambil lagi oleh pengirimnya.

Teror juga terjadi pada 24 Oktober 2021. Kala itu orang tak dikenal menggantungkan bungkusan di pagar rumah orang tua Veronica.

“Tidak lama kemudian bungkusan itu terbakar,” tutur Nelson.

Dengan berbagai rentetan teror ini, Nelson berharap negara melalui pihak kepolisian yaitu Polda Metro Jaya melakukan penyelidikan serius untuk menangkap pelaku dan mengungkap aktor intelektual dibaliknya.

“Berdasarkan bukti yang cukup pelaku segera diproses sesuai hukum yang berlaku serta dituntut dalam proses peradilan yang memenuhi standar keadilan internasional tanpa hukuman mati,” pungkas Nelson.

Baca juga: Amnesty Desak Polisi Segera Temukan Pelaku Teror Keluarga Veronica Koman

Diberitakan sebelumnya, aktivis HAM Papua Michael Himan menyebut terjadi dua aksi teror pada hari Minggu, kemarin, yang ditujukan untuk keluarga Veronica Koman.

Teror pertama terjadi sekitar pukul 10.26 WIB di rumah orangtua Veronica yang terletak di Jakarta Barat.

Sebuah barang misterius dilempar orang tak dikenal depan rumah orangtua Veronica dan meledak.

Hari yang sama, kerabat Veronica juga mendapatkan paket yang dikirim oleh ojek online. Setelah dibuka paket ternyata berisi bangkai ayam dan kata-kata ancaman untuk Veronica.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com