Sebagaimana telah kita saksikan, Prabowo adalah pihak yang sangat getol memperjuangkan Jokowi bertahta di Jakarta.
Prabowo menjadi salah satu tokoh sentral yang menegosiasikan agar partai pendukung Jokowi di saat jadi Walikota Solo juga ikut mendukung Jokowi di Jakarta.
Perjuangan Prabowo dan kawan-kawannya itu terbukti berhasil. Jokowi dan Ahok akhirnya berjaya di ibukota.
Namun pilihan sulit datang lebih cepat kepada Jokowi. Pada 2014, karena ramainya dukungan, Jokowi harus memilih untuk tetap di ibu kota atau lanjut ke istana.
Sejarah memosisikan Jokowi berseberangan dengan beberapa hal, yakni berseberangan dengan keinginan partai dan berseberangan dengan cerita sejarah politik yang telah membawanya ke ibu kota.
Di tahun menjelang pemilihan presiden 2014, nama Megawati masih sangat kental sebagai calon tunggal PDIP dan nama Prabowo adalah nama lainnya dari partai Gerindra yang santer digadang-gadang di pentas pemilihan calon presiden.
Sangat bisa dibayangkan betapa sulit posisi Jokowi waktu itu.
Tapi, tak ada yang tahu pasti kehendak sejarah. Akhirnya Jokowi ikut berlaga setelah partai mendukungnya dan partai-partai koalisi terbentuk. Pada Oktober 2014, Jokowi dilantik jadi presiden Indonesia.
Berkaca pada apa yang telah terjadi sampai hari ini, semua itu berlalu, berakhir dengan baik-baik alias bisa kembali normal.
Bahkan hubungan Jokowi dan Prabowo semakin erat setelah pemilihan 2019. Jokowi malah berbagi peran politik secara baik dengan Prabowo.
Dengan Megawati apalagi. Pernah dikatakan bahwa Jokowi adalah petugas partai. Tidak salah juga.
Dalam perspektif kepartaian, Jokowi memang kader PDIP dan bertugas memperjuangkan semaksimal mungkin platform politik partai dalam kapasitasnya sebagai presiden, walaupun dalam perspektif kenegarawanan Jokowi adalah petugas rakyat.
Singkat kata, dukungan yang muncul untuk Ganjar agar maju pada kontestasi 2024 nanti adalah hal yang biasa dalam politik karena itu bagian dari kebebasan beraspirasi para pemilih.
Sikap Ganjar yang memilih untuk melangkah secara hati-hati adalah juga hal yang wajar, dilihat dari perspektif kepartaian.
Saya yakin, di satu sisi Ganjar akan bertahan sebagai Ganjar yang saya kenal, Ganjar yang elok dan santun.
Tapi, di sisi lain Ganjar juga akan bertahan di jalur sejarah dan garis linear karier politik. Pada saatnya akan sampai pada satu titik di mana semuanya akan terang benderang.
Jika pun Ganjar harus menjawab dilema politik sebagaimana pernah dipraktikkan Jokowi, saya yakin Ganjar masih bermain di dalam bidak catur yang sama yang sangat perlu diwajari oleh semua pihak, terutama oleh mereka yang memandang Ganjar tak layak menempuh jalur itu.
Pada akhirnya, sejarah akan membuktikan di mana Ganjar selayaknya berada. Saat itu, semua pihak akan dengan sendirinya menjadi arif dan bijak menerimanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.