Tapi nyatanya demokrasi intrapartai berjalan dinamis dan membuktikan bahwa Joe Biden berhasil memenangkan kontestasi internal Partai Demokrat mengalahkan Bernie Sanders dan Elizabeth Warren, sekadar menyebut dua nama besar.
Jadi sampai pada situasi hari ini, dinamika politik yang dijalani Ganjar masih dalam batas kewajaran.
Dengan kata lain, ketegangan psikologi politik antara Ganjar dan Puan Maharani yang belakangan ini ramai terkuak ke ruang publik adalah dinamika yang sangat normal di dalam politik, baik dalam kacamata demokrasi secara umum maupun dalam kacamata spesifik, yakni demokrasi intrapartai.
Baca juga: Kepak Sayap Puan Ditunggu di 38 Derajat Lintang Utara
Menurut hemat saya, Ganjar Pranowo pun memahami secara arif dan bijak kewajaran tersebut. Terbukti Ganjar tidak reaktif dalam bersikap dan memberikan tanggapan terkait dengan riak-riak seteru psikologis tersebut.
Sebagaimana layaknya seorang Ganjar yang santun dan elok dalam bertutur, ia terlihat sangat "party man" sampai detik ini, berusaha mendamaikan secara arif kepentingan besar partai dengan aspirasi-aspirasi pendukungnya yang kadang agak berseberangan dengan aspirasi organisasional partai.
Tentu Ganjar memahami betapa cukup signifikannya peran partai dalam mengantarkannya ke posisi hari ini, yang boleh jadi berbanding lurus dengan perjuangan pribadinya menuju arah yang sudah ia duduki hari ini.
Dua kesadaran ini, saya kira, cukup menentukan dalam penentuan sikap Ganjar sampai hari ini.
Tapi kadang sejarah memerlukan praktik politik yang agak keras dibanding kenormalan yang semestinya.
Akan ada suatu waktu nanti, sebelum kontestasi 2024 tentunya, Ganjar dan Puan harus menentukan sikap politik secara jelas dan tegas, berdamai atau bersaing secara sehat.
Jika masa itu datang, berkaca pada fakta keras perpolitikan yang ada, Ganjar memang berada pada posisi kurang menguntungkan jika tetap berada pada pakem biasanya.
Dengan memilih berdamai, maka Ganjar harus rela menjadi bukan calon untuk kontestasi 2024.
Boleh jadi kompensasinya adalah masuk dalam jajaran calon anggota kabinet jika calon yang harus didukung oleh Ganjar di dalam partainya berhasil migrasi ke Istana.
Dari konteks garis linear karier politik, opsi tersebut tidak terlalu buruk. Dari posisi gubernur menjadi menteri, terdengar tidak terlalu buruk toh?
Baca juga: Tak Punya Jabatan Jelang Pilpres 2024, Anies Untung atau Buntung?
Namun demikian, Ganjar bukan tanpa preseden jika harus memilih jalan lain dengan cara-cara yang khas Ganjar, yakni elok dan santun.
Jokowi adalah preseden paling jelas, yang tidak salah jika dipertimbangkan oleh Ganjar dan politisi potensial lainnya.