JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menyoroti perkembangan gepolitik kerja sama pertahanan AUKUS yang dibentuk Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Menurut Fadjar, kerja sama AUKUS ini dapat meningkatkan ketegangan dan ajang perlombaan senjata nuklir di kawasan Indo-Pasific.
"Fakta keamanan trilateral ini dikhawatirkan dapat meningatkan ketegangan militer dan dapat mendorong ajang perlombaan senjata nuklir di kawasan," ujar Fadjar, dalam peluncuran buku Plan Bobcat, Tranformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan, dikutip dari kanal YouTube Airmen TV Dispenau, Senin (25/10/2021).
Selain itu, Fadjar juga menyoroti perkembangan lingkungan strategis yang bergerak semakin dinamis. Terlebih, hal itu terjadi ketika seluruh dunia tengah berjuang menghadapi pandemi Covid-19.
Di lingkup global, potensi eskalasi konflik terjadi di berbagai kawasan. Misalnya, seperti pelanggaran gencatan senjata antara Rusia dan Ukrania di sekitar perbatasan Ukraina timur.
Baca juga: Ramai soal AUKUS, Ini Perbandingan Kekuatan Angkatan Laut China-Australia
Kemudian, konflik persenjataan antara Palestina dan Israel yang belum pernah berakhir.
"Di lingkup regional, kita masih dihadapkan dinamika sengketa klaim wilayah secara sepihak di Laut Tiongkok Selatan termasuk pergerakan militer Tiongkok yang dapat memicu ketegangan di kawasan," kata Fadjar.
Di luar perkembangan gepolitik, Fadjar juga menyoroti kemajuan teknologi militer dan perubahan taktik pertempuran yang semakin pesat, khususnya di domain udara dan angkasa.
Sebagai contoh, kecanggihan teknologi sensor, kemampuan perang elektronika, penggunaan pesawat nirawak, serta senjata presisi yang kemudian dipadukan dalam sistem jaringan tempur terintegrasi dan artificial intelligence.
"Semua hal tersebut menjadi game changer di era pertempuran modern," ungkap Fadjar.
Diketahui, Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.
Pembangunan kapal selam bertenaga nuklir tersebut berada di bawah kemitraan keamanan Indo-Pasifik dengan Amerika Serikat dan Inggris.
Baca juga: Sikap Indonesia dalam Pakta Kerja Sama AS-Inggris-Australia (AUKUS)
Rencana tersebut dinilai para analis akan membuat China gusar. Pasalnya negeri tirai bambu itu tidak menyambut baik pembentukan blok-blok yang dapat merugikan pihak lain.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.