Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Banteng, Celeng, dan Oligarki Partai Politik

Kompas.com - 20/10/2021, 16:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

CELENG menjadi kata yang banyak diperbincangkan belakangan ini. Nama hewan liar ini ramai dibicarakan dan menjadi polemik di jagat politik.

Adalah Bambang Wuryanto yang mempopulerkan nama lain babi hutan ini. Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jawa Tengah ini menyematkan istilah celeng bagi kader PDI-P yang dianggap tidak patuh dan taat dengan titah ketua umum partai.

Pria yang akrab dipanggil Bambang Pacul ini menyebut mereka yang mbalelo dengan istilah kader celeng. Mereka dianggap telah keluar dari barisan banteng karena mendeklarasikan calon presiden (capres) mendahului keputusan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Sebutan kader celeng ini muncul gara-gara pendeklarasian Ganjar Pranowo sebagai capres dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 yang dilakukan Albertus Sumbogo. Pria yang akrab dipanggil Mbogo ini merupakan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Purworejo.

Restu partai

Ribut-ribut di PDI-P ini merupakan potret terkait suksesi kepemimpinan nasional yang masih bergantung dengan "arah mata angin" elite partai politik.

Tingginya elektabilitas dan kinerja yang bagus saja tidak cukup. Restu ketua umum dan elite partai menjadi kunci jika ingin berkontestasi dalam pesta demokrasi lima tahunan.

Ganjar menjadi contoh dari fenomena ini. Pria yang masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah ini terus digerus oleh koleganya sendiri hanya karena memiliki kans untuk maju di Pemilihan Presiden 2024.

Mereka berdalih, Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum partai belum menentukan pilihan. Meski kabarnya, Puan Maharani, anak Megawati, akan didorong maju di Pilpres 2024 nanti.

Selain Ganjar, ada sejumlah nama kepala daerah dan tokoh nasional yang dinilai memiliki peluang untuk maju di Pilpres 2024.

Sebagian dari mereka "tak berumah" alias tak memiliki partai politik. Sebut saja Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Meski tak memiliki partai, elektablitas mereka mengungguli sejumlah ketua umum partai. Nama mereka kerap muncul di urutan atas pada sejumlah survei.

Namun, kinerja, kapasitas dan elektabilitas saja belum cukup. Mereka harus mengantongi tiket untuk bisa maju dan berlaga dalam Pilpres 2024.

Yang memiliki tiket itu adalah partai politik, khususnya ketua umum. Jika Ganjar yang "memiliki rumah" saja terganjal untuk mencalonkan diri, lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh lain yang dinilai memiliki kapasitas dan mengantongi elektabilitas namun tak memiliki partai?

Oligarki dan jerat regulasi

Selain restu partai, mereka yang akan maju dan berlaga di Pilpres 2024 juga harus berhadapan dengan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. Regulasi ini dinilai hanya menguntungkan partai-partai besar dan mengebiri partai-partai kecil.

Presidential threshold minimal 20 persen juga mempersempit ruang munculnya banyak kandidat yang bisa maju di Pilpres 2024.

Pasalnya, partai-partai harus berhimpun untuk bisa memenuhi syarat minimal tersebut jika ingin mengusung calon.

Aturan ini dinilai sebagai bentuk oligarki partai politik, pemusatan kekuasaan dan bagian dari permainan oligarki.

Penetapan ambang batas pencalonan presiden ini juga dinilai merupakan strategi partai besar agar partai kecil tidak bisa mengusung calon.

Padahal, bisa saja calon yang diusung partai kecil lebih berbobot dan mumpuni serta memiliki elektabilitas tinggi dibanding calon yang diusung partai besar.

Restu ketua umum partai, kendaraan politik dan ambang batas pencalonan presiden menjadi pekerjaan rumah bagi sejumlah nama yang disebut memiliki kans dan peluang untuk maju di Pilpres 2024.

Mereka akan bersaing dengan para ketua umum yang juga ingin mengadu nasib di pesta demokrasi lima tahunan ini.

Lalu seberapa besar peluang mereka untuk bisa maju dan menang?

Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (20/10/2021), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com