KOMPAS.com – Direktur Rumah Sakit (RS) Pusat Otak Nasional Mursyid Bustami mengatakan, pihaknya belum menemukan bukti ilmiah yang kuat dan valid terkait pemberian vaksinasi Covid-19 dengan pecahnya pembuluh darah manusia.
Seperti diketahui, di media sosial (medsos) sempat beredar kabar bahwa vaksinasi dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dalam tubuh atau pembuluh darah pecah sebagai efek samping dari pelaksanaan vaksin.
“Kabar tersebut tidak benar. Terkait adanya info bahwa vaksin berisiko menyebabkan stroke (atau) pendarahan otak, kami klarifikasi bahwa secara ilmiah pun tidak ada hubungannya,” imbuhnya seperti dalam dimuat dalam laman covid19.go.id, Minggu (17/10/2021).
Dalam kesempatan itu, Mursyid mengatakan, efek samping yang mungkin timbul dari vaksinasi sifatnya masih sangat ringan dan mudah diatasi, seperti demam, nyeri, mengantuk, serta lapar.
Baca juga: Vaksin Bukan Racun, Air Kelapa Tidak Menetralkan Efek Samping Vaksin
Efek samping vaksinasi Covid-19 pun, kata dia, biasanya tidak berlangsung lama. Hanya berlangsung maksimal dua hari pasca-penyuntikan vaksin.
Lebih lanjut, Mursyid menjelaskan, sekitar 20 persen stroke disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah dengan penyebab utama dari tingginya faktor risiko tertentu.
Dengan begitu, imbuh dia, stroke atau pendarahan di otak bukan disebabkan oleh vaksin Covid-19.
Mursyid mengungkapkan faktor risiko stroke dapat menjadi common rezpector atau faktor risiko bersama, di antaranya penyakit diabetes, hipertensi, pola makan yang buruk, merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, alkohol, dan narkotika.
Baca juga: Asupan Makanan Sehat untuk Kurangi Risiko Stroke
''Kalau stroke pendarahan biasanya adalah penderita hipertensi. Ini terjadi karena tidak kuatnya pembuluh darah menahan tekanan darah yang tinggi, sehingga menyebabkan kebocoran,'' ujarnya.
Kendati demikian, Mursyid memaparkan bahwa kebocoran pembuluh darah terdiri dari dua faktor, yakni bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan.
Adapun faktoe untuk yang bisa dikendalikan, ia mengimbau masyarakat untuk bisa mencegahnya sedini mungkin agar tidak menjadi bom waktu ke depannya.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Pemerintah: Pola Hidup Bersih dan Sehat Penting dalam Kehidupan Normal yang Baru
“Tidak melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa depan, seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, batasi konsumsi gula, garam dan lemak,” ucap Mursyid.
Sementara itu, untuk faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan, yakni umur, genetik jenis kelamin.
Oleh sebab itu, Mursyid menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan cek kesehatan secara berkala. Hal ini guna mengetahui riwayat kesehatan sekaligus mengatasi faktor risiko penyebab kebocoran pembuluh darah.