JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan kekuatan militer untuk menjaga wilayahnya.
Oleh karena itu, setelah Presiden Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan, Badan Keamanan Rakyat segera dibentuk untuk melindungi keamanan negara.
Statusnya kemudian ditingkatkan dengan berganti nama, hingga akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dalam perkembangannya, TNI memiliki peran besar dalam menjaga keutuhan wilayah Nasional Kesatuan Republik Indonesia. TNI sendiri terdiri dari tiga matra, yaitu darat, laut dan udara.
Baca juga: TNI, Sejarah dan Tugas Pokoknya
Setiap matra memiliki pasukan dan tugas masing-masing. Uniknya, setiap matra memiliki pasukan khusus untuk membantu dan melaksanakan tugas-tugas yang khusus.
TNI Angkatan Udara memiliki pasukan khusus yang disebut Pasukan Khas atau Paskhas. Pasukan ini dikenal dengan baret jingganya.
Adapun, pada 17 Oktober ini, Pasukan Khas TNI AU memperingati hari berdirinya.
Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas, Paskhas TNI AU merupakan pasukan tempur yang bersifat infantri dengan format organisasi tempur yang khas bagi kebutuhan matra udara.
Paskhas TNI AU merupakan cikal bakal pasukan elite pertama dalam sejarah militer Indonesia.
Baca juga: Jenderal Soedirman, dari Guru Jadi Panglima Besar TNI
Dilansir dari Paskhas.mil.id, pasukan ini terbentuk karena permintaan Gubernur Kalimantan yang ketika itu dijabat Mohammad Noor untuk menerjunkan pasukan dalam membantu perjuangan rakyat Kalimantan.
Kemudian pada 17 Oktober 1947, 13 orang dipersiapkan untuk terjun di Kotawaringin.
Mereka semuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna tentang terjun payung, kecuali teori dan latihan darat.
Penerjunan dilakukan dengan pesawat Dakota RI-002, pesawat sewaan milik Robert Earl Freeberg.
Baca juga: 6 Pesawat Tempur Andalan TNI AU, Burung Besi Penjaga NKRI
Dakota RI-002 lepas landas pada pukul 03.40 dan berhasil menerjunkan ke-13 orang tersebut di atas Kotawaringin.
Tepat pukul 07.00 WIB, pesawat Dakota yang membawa 13 prajurit AURI berada di atas sasaran dan melakukan penerjunan di daerah Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah.
Tiga belas prajurit itu bertugas membentuk dan menyusun gerilyawan serta membantu perjuangan rakyat di Kalimantan.
Baca juga: Mengenal 6 Pasukan Elite TNI dengan Ciri Khas dan Kemampuan Khusus
Mereka juga bertugas membuka stasiun radio induk untuk menghubungkan Yogyakarta- Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan dropping zone untuk penerjunan selanjutnya.
Operasi Kotawaringin ini menjadi catatan sejarah sebagai operasi pertama pasukan payung di Indonesia.
Dalam tahap awal perkembangannya, pasukan ini lebih mendekati bentuk satuan (batalyon) infantri lintas udara pada umumnya.
Kemudian, seiring dengan reorganisasi mutakhir TNI/ABRI tahun 1984- 1985, organisasi korps pasukan TNI AU dimantapkan dalam bentuk organisasi dan formatnya kini, dengan nama Paskhas TNI AU.
Baca juga: Deretan Alutsista Andalan TNI, Pesawat Tempur hingga Rudal Anti-kapal
Tanggal penerjunan ini dijadikan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat), yang kelak berubah menjadi Paskhas TNI AU.
Keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Men/Pangau Nomor 54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967.
Tugas Paskhas hampir sama dengan Raider, sebagai pasukan infantri lintas udara yang mempertahankan dan mengamankan alat utama dan sistem persenjataan TNI-AU.
Baca juga: Industri Pertahanan Berkembang, Ini Jajaran Alutsista Produksi Dalam Negeri
Paskhas juga mempunyai tugas dalam operasi pembentukan dan pengendalian pangkalan udara depan.
Selain itu, pasukan ini juga bertugas mendirikan dan memasang fasilitas penerbangan, serta menghidupkan fasilitas yang di daerah pertempuran.
Mereka juga mampu mempertahankan pangkalan depan yang digunakan sebagai tumpuan udara.
Pada September 1999, dibentuklah satuan Wing Paskhas. Untuk wilayah barat, Wing I Paskhas di Jakarta, membawahi tiga skuadron dan empat flight Paskhas bs.
Wilayah timur, Wing II Paskhas di Malang membawahi tiga skuadron dan dua flight Paskhas bs. Sedangkan Wing III Diklat Paskhas di Bandung membawahi tiga satuan pendidikan.
Moto yang digunakan adalah "Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana" yang bermakna menunaikan tugas tanpa menghitung untung dan rugi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.