JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menepis kabar terkait ribuan lebih sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas menjadi klaster Covid-19.
Sebab, kata dia, data yang diperolehnya menunjukkan kasus Covid-19 di sekolah lebih sedikit.
Hal tersebut disampaikan Budi dalam konferensi pers secara virtual, Senin (27/9/2021).
"Jadi kalau banyak yang kemarin diskusi atau beredar hoaks bahwa klaster (Covid-19) yang demikian banyak, sebenarnya enggak demikian," kata Budi.
Baca juga: Nadiem Tegaskan 2,8 Persen Sekolah Jadi Klaster Covid-19 Itu Data Kumulatif Selama Pandemi
Budi mengatakan, pihaknya melakukan beberapa surveilans Covid-19 di beberapa sekolah di Jakarta dan Semarang.
Ia mengatakan, dari satu sekolah, 80-90 subyek dites Covid-19 dan hasilnya beragam ada yang positif dan negatif.
"Contoh kalau SDN Rawasari itu 30 orang di-swab, positif Covid-19 cuma satu orang, itu pasti itu bukan klaster, misalnya di bawah itu di Duren Sawit SMP PGRI dari 266 orang dites, 21 positif itu kemungkinan besar kalster," ujar dia.
Lebih lanjut, Budi mengatakan, PTM terbatas di sekolah tak bisa selamanya ditunda karena pandemi, mengingat akan menimbulkan kerugian jangka panjang.
Untuk itu, Kemenkes akan akan melakukan advance surveilans untuk aktivitas tatap muka di sekolah.
"Kita harus belajar hidup dengan ini, saya bicara dengan pak Nadiem (Mendikbudristek) ya ini normal kita harus belajar hidup dan kita tangani, jadi risk management-nya masih bagus, bukan kemudian kita takut menghindari karena kita pasti harus tetap belajar mengajar," ucap dia.
Baca juga: Simulasi Sekolah Tatap Muka di Depok Dimulai Besok
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Nadiem Makarim menyampaikan klarifikasi terkait isu 2,8 persen sekolah menjadi klaster Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Menurut dia, data itu merupakan akumulasi selama pandemi Covid-19.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendiknbud Ristek, Jumeri mengatakan, ada empat mispersepsi di masyarakat terkait hal tersebut.
Pertama, data 2,8 persen yang dipublikasikan Kemendikbud Ristek, bukan klaster Covid-19, namun itu merupakan jumlah warga sekolah yang terpapar Covid-19.
“Jadi itu 2,8 persen adalah bukan data klaster pendidikan. Tetapi itu adalah data yang menunjukkan satuan pendidikan yang melaporkan aplikasi kita, lewat laman kita, bahwa di sekolahnya ada warga yang tertular Covid-19,” kata Jumeri dalam acara Bincang Pendidikan virtual, Jumat (24/9/2021).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.