Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Arteria soal Pesawat Kepresidenan, Demokrat: Keliru jika Salahkan SBY, Harusnya Berterima Kasih

Kompas.com - 04/08/2021, 21:56 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Irwan membalas sindiran politisi PDI-P, Arteria Dahlan yang menyebut bahwa seharusnya publik memperdebatkan warna biru pada cat pesawat kepresidenan yang ada sejak masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Menurut Irwan, Arteria justru keliru besar menyalahkan SBY jika dikaitkan bahwa warna biru sebagai cat pesawat kepresidenan dimulai pada masa kepemimpinan Presiden RI ke-6 tersebut.

Sebaliknya, Irwan meminta Arteria dan bangsa Indonesia berterima kasih karena pesawat kepresidenan baru dimiliki pada saat pemerintahan SBY.

"Arteria ini keliru besar jika salahkan Pak SBY. Harusnya kita semua sebagai anak bangsa berterima kasih karena Pak SBY beli pesawat kepresidenan setelah 69 tahun tidak punya," kata Irwan kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).

Baca juga: Bela Pengecatan Saat Pandemi, Arteria Pertanyakan Saat Pesawat Kepresidenan Berwarna Biru

Irwan berpandangan, Arteria tidak memahami persoalan tersebut. Irwan juga bahkan menduga, Arteria lupa terkait ajaran Presiden Soekarno tentang "jas merah" atau "Jangan sekali-kali melupakan sejarah".

Membalas sindiran Arteria, Demokrat pun mengungkit pernyataan kader PDI-P yang disebutnya mengusulkan agar pesawat kepresidenan dijual.

"PDI-P dulu malah tolak keras pembelian pesawat kepresidenan ini. Bahkan, saat Jokowi jadi presiden di 2014, mereka usulkan agar dijual. Ini kok aneh bin lucu tiba-tiba bicara pesawat kepresidenan," kata dia. 

Jika merujuk pernyataan Irwan, pada 2014, seorang kader PDI-P yaitu Maruarar Sirait pernah mengusulkan kepada presiden terpilih, Jokowi, agar pesawat kepresidenan dijual.

Irwan menegaskan, partainya tidak pernah melakukan protes terkait masalah warna cat pesawat kepresidenan yang akan diganti.

Ia pun mempersilakan pemerintah mengganti warna cat pesawat kepresidenan dengan warna apa pun.

"Tidak ada yang protes kok apalagi terkait masalah warna. Silakan saja bagi penguasa mau cat warna apa yang penting dijelaskan dengan terbuka latar belakang dan tujuan pengecatan dan perubahan warnanya," tutur Irwan.

Baca juga: Anggota DPR: Anggaran Pengecatan Pesawat Kepresidenan Seharusnya untuk Program Padat Karya

Irwan juga mengungkit sikap Istana yang dinilainya berubah-ubah, yakni bisa tiba-tiba diam, tetapi ramai kemudian di publik.

Salah satu hal yang diungkitnya terkait Istana yaitu saat Presiden Joko Widodo memutuskan menyewa pesawat dari Garuda Indonesia untuk pesawat kepresidenan.

"Istana ini suka diam-diam dan tiba-tiba saja ramai di publik. Persis tahun lalu juga tiba-tiba Istana sewa pesawat Garuda untuk pesawat kepresidenan dan mengecat merah dan diberi logo lalu ujung-ujungnya batal," ucap Irwan.

Menurut Irwan, polemik penggantian warna cat pesawat kepresidenan itu karena momentum yang tidak tepat, yakni saat pandemi.

Anggota Komisi V DPR itu menyarankan pemerintah agar menunda hal-hal yang tidak berkaitan dalam penanganan pandemi Covid-19.

"Tangani pandemi saja masih kelimpungan cari pendanaan, coba yang masih bisa ditunda ya tunda saja. Kalau alasannya tahun 2019 sudah dibahas anggarannya ya gampang kok cukup direalokasi atau refocusing program dan anggarannya," kata Irwan.

Baca juga: Berapa Dana yang Dikeluarkan Pemerintah untuk Pengecatan Pesawat Kepresidenan?

Sebelumnya diberitakan, Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI-P Arteria Dahlan membalas kritik Partai Demokrat terkait pengecatan ulang pesawat kepresidenan dari warna biru menjadi merah putih.

Ia berpandangan, tidak ada yang salah dari pengecatan pesawat kepresidenan menjadi warna merah putih.

Arteria justru menilai bahwa persoalan seharusnya muncul ketika era SBY yang memesan pesawat berwarna biru, yang selama ini dikenal sebagai warna Partai Demokrat.

"Kalau mau kita jujur dan hadirkan perdebatan yang harusnya dipermasalahkan itu dulu zamannya Pak SBY. Kok pesannya warna biru? Padahal memungkinkan untuk memesan warna merah putih," kata Arteria dalam keterangannya, Rabu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com