JAKARTA, KOMPAS.com - 500 hari sudah pandemi Covid-19 berlangsung di Tanah Air, terhitung sejak pertama kali pemerintah mengumumkan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada 2 Maret 2020.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan berakhir, meski pemerintah sudah mengambil berbagai kebijakan untuk menekan kasus Covid-19.
Bahkan, angka kematian akibat Covid-19 juga mengalami peningkatan dalam 14 hari terakhir.
Berdasarkan catatan Kompas.com, terdapat 504 kasus kematian pada 1 Juli. Saat itu, jumlah tersebut merupakan angka kematian tertinggi, setelah sebelumnya tercatat 478 kematian pada 28 Januari 2021.
Namun, lima hari berselang, angka kematian akibat Covid-19 kembali di atas 500 orang. Sebelum akhirnya mencapai 1.040 kematian dalam sehari pada 7 Juli 2021
Ini merupakan angka kematian pertama di atas 1.000 orang yang dialami Indonesia.
Baca juga: 2 Hari Terakhir, Angka Kematian Harian akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi di Dunia
Tiga hari kemudian, meski terjadi penurunan, namun angka kematian masih tercatat di atas 800 orang. Selanjutnya pada 11 Juli terdapat penambahan 1.007 orang yang meninggal dunia.
Adapun pada Selasa (13/7/2021), Satgas Penanganan Covid-19 mencatat adanya penambahan 864 kasus kematian. Hingga kini, total kasus kematian yang telah tercatat mencapai 68.219 kasus.
Lantas, apa strategi pemerintah dalam menekan kasus kematian akibat Covid-19?
Konversi tempat tidur di rumah sakit
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah memerintahkan agar seluruh daerah dengan status zona merah, kuning dan hijau untuk menambah kapasitas tempat tidur bagi pasien Covid-19.
"Dan Bapak Menteri Kesehatan sudah mengeluarkan edaran yang memberikan instruksi kepada semua rumah sakit, khususnya rumah sakit yang berada di zona merah, untuk melakukan penambahan tempat tidur atau melakukan konversi tempat tidur," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (27/1/2021).
Ia mengatakan, rumah sakit di zona merah diminta untuk menambah tempat tidur sebanyak 40 persen dan 25 persen untuk ruang ICU.
Sementara di zona kuning, rumah sakit diminta menambah atau mengonversi tempat tidur sebesar 30 persen dan ruang ICU sebesar 20 persen.
Baca juga: Update Corona 13 Juli: Angka Kasus dan Kematian Harian Indonesia Terbanyak di Dunia
Sedangkan untuk zona hijau juga diminta berjaga-jaga dengan menambah atau mengonversikan 25 persen tempat tidur dan 15 persen untuk ICU.
Tak hanya itu, pada Kamis (24/6/2021) Kemenkes menunjuk tiga rumah sakit vertikal yakni RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan, dan RSPI Sulianti Saroso untuk menjadi RS khusus Covid-19.
Langkah ini dilakukan agar rumah sakit tidak kolaps dengan terjadinya penumpukan pasien.
"Diharapkan dengan mengkonversi ketiga rumah sakit ini menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan full untuk kasus Covid-19, ini akan membantu semakin menambah ketersediaan untuk tempat perawatan," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (24/6/2021).
Sejumlah rusun jadi tempat isolasi
Pemerintah juga menggunakan sejumlah rumah susun sebagai lokasi isolasi pasien Covid-19, di antaranya yaitu Rumah Susun Pasar Rumput di Manggarai, Jakarta Selatan dan Rumah Susun Nagrak di Cilincing, Jakarta Utara.
Selain itu, ada Wisma Asrama Haji Pondok Gede di Pasar Rebo, Jakarta Timur yang juga dipersiapkan untuk tempat isolasi pasien Covid-19.
Tiga lokasi ini disiapkan untuk membantu penanganan pasien akibat lonjakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Baca juga: Kematian Baru akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi Dunia, Salip India dan Brasil
Untuk diketahui, Rusun Pasar Rumput memiliki kapasitas 5.952 tempat tidur. Rusun ini diperuntukkan bagi pasien Covid-19 gejala ringan dan tidak bergejala.
Sementara itu, untuk Rumah Susun Nagrak dapat menampung sebanyak 3.302 pasien.
Kemudian, RS Darurat Asrama Haji juga menyediakan 774 tempat tidur dari Gedung A, B, C, D5 dan H. Gedung A Asrama Haji telah dioperasikan dan hanya bisa menampung pasien gejala ringan dan sedang.
Selain di Jakarta, berdasarkan data Kementerian PUPR, ada sejumlah rusun di Jawa-Bali yang telah dikonversi sebagai tempat perawatan pasien Covid-19.
Seperti di Kota Serang, Banten (70 tempat tidur); di Bandung dan Sukabumi, Jawa Barat sebanyak 860 tempat tidur; Boyolali, Kendal, Kebumen dan Semarang, Jawa Tengah sebanyak 450 tempat tidur; dan Lamongan, Malang, Mojokerto, Tulungagung dan Surabaya, Jawa Timur sebanyak 370 tempat tidur.
"Kondisi setiap bangunan yang akan dikonversi menjadi fasilitas kesehatan berbeda, serta kebutuhan penanganannya juga berbeda-beda," ungkap Staf Ahli Menteri PUPR bidang Teknologi Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara PUPR Endra S Atmawidjaja.
Selain yang telah disiapkan, ada pula rusun, asrama dan rumah sakit yang kini juga tengah dipersiapkan sebagai tempat perawatan pasien Covid-19.
Di antaranya asrama Universitas Telkom, Kimia Farma/Pertamedika, dan RS Pindad di Bandung; Rusun ASN BWS Serayu Opak, RS Harjolukito, Rusun UGM, dan Rusun UNY di Yogyakarta; Diklat Provinsi di Srondol serta Asrama Haji Donohudan di Boyolali, RS Indrapura di Surabaya; serta Wisma Werdhapura dan Wisma Bima di Bali
"Kementerian PUPR siap mengonversi bangunan lain di luar Pulau Jawa sesuai perintah Bapak Presiden, Menko Marinves dan/atau sesuai masukan Menkes untuk menjadi fasilitas penanganan Covid-19," ucapnya.
Stok oksigen impor
Kelangkaan oksigen menjadi persoalan yang dialami sejumlah rumah sakit sejak terjadi lonjakan kasus covid-19. Kelangkaan ini berpengaruh pada keselamatan pasien Covid-19 khususnya gejala berat dan kritis.
Untuk itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan pihaknya akan memperbanyak suplai stok oksigen dengan tiga cara.
Pertama, pemerintah membuka keran impor oksigen dari luar negeri melalui Kementerian Perindustrian.
"Sudah diizinkan oleh bapak Presiden Jokowi melalui kementerian perindustrian, itu bisa menambah 600-700 ton (oksigen) per hari," kata Budi dalam keterangan pers secara virtual, Senin (12/7/2021).
Kedua, suplai oksigen akan dibantu dari perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kelebihan dari kapasitas oksigen sekitar 360-460 ton per hari.
Baca juga: INFOGRAFIK: Batas Aman Saturasi Oksigen, Penting bagi Pasien Isoman
Ketiga, pemerintah akan mengimpor oksigen konsentrator. Nantinya, oksigen konsentrator bisa dipasang di rumah sakit dan rumah dengan terhubung listrik.
"Harganya antara 600-800 Dollar Amerika Serikat, yang bisa dipasang di rumah sakit dan rumah untuk memproduksi oksigen dari udara, yang penting ada koneksi listriknya saja," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan mengimpor 40.000 ton oksigen likuid dalam waktu dekat.
Selain itu, Luhut menyebut, Presiden Joko Widodo telah setuju agar dilakukan impor oksigen konsentrator sebanyak 50.000 unit.
Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi penggunaan oksigen likuid.
"Sekarang kita sudah punya beberapa ribu, mungkin mendekati 10.000 tabung. Itu akan kita bagikan untuk digunakan di kasus-kasus (Covid-19) yang ringan," kata Luhut.
Baca juga: Pemerintah Akan Andalkan Oksigen Konsentrator untuk Penuhi Kebutuhan Oksigen
Obat-obatan
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, kasus kematian dapat dikontrol dengan meningkatkan upaya pengobatan.
"Komponen yang paling penting untuk melakukan kontrol pada kasus kematian adalah treatment," ujar Dante sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (5/7/2021).
Ia mengatakan, usaha pengobatan yang dilakukan adalah antara lain dengan penyediaan obat yang cukup di daerah.
"Kemudian juga melakukan penyediaan oksigen yang cukup di rumah sakit," katanya.
Dante juga mengatakan, pasokan oksigen di luar wilayah Pulau Jawa dan Bali masih cukup untuk pasien Covid-19.
Selain itu, kata dia, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan kapasitas tempat tidur, cakupan vaksinasi, hingga pemeriksaan Covid-19 di luar Jawa-Bali.
Ia mengatakan, peningkatan kapasitas dilakukan berdasarkan level of asesment atau upaya penilaian keadaan pandemi di sebuah daerah.
"Jadi ini tergantung pada level of assessment daerah setempat, kalau tinggi misal level empat maka kapasitas tempat tidur harus ditambah hingga 40 - 50 persen, terutama untuk beberapa tempat yang memerlukan," kata Dante.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.