Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem Ungkap Alasan Bersedia Jadi Menteri di Kabinet Jokowi

Kompas.com - 29/06/2021, 19:26 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim mengungkap alasan mengapa menerima tawaran menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju.

Nadiem mengatakan, salah satu pertimbangannya saat memutuskan siap menjadi pembantu presiden adalah Indonesia masih mengalami penjajahan.

"Walaupun mungkin kita tidak dijajah asing, tapi kita punya berbagai macam penjajahan di dalam negeri. Penjajahan mental, penjajahan diskriminasi, sosial ekonomi, intoleransi," kata Nadiem dalam diskusi virtual Megawati Institute: Sarasehan Nasional Anak Muda Membaca Bung Karno, Selasa (29/6/2021).

Baca juga: Ada PPKM, Nadiem Sebut Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Kemungkinan Ditunda

Menurut Nadiem, penjajahan seperti itu harus dapat dimitigasi mulai dari generasi muda. Ia berpandangan, tujuan dari mitigasi sejak generasi muda adalah untuk mengubah karakter generasi sebelumnya.

Salah satu strategi yang tengah digencarkan Nadiem untuk mengubah karakter itu adalah dengan konsep Merdeka Belajar.

"Itulah mengapa seluruh platform pendidikan kita itu berhulu, hulunya itu dari filsafat Ki Hadjar Dewantara dan Bung Karno yaitu Merdeka Belajar. Itu adalah filsafat pendiri-pendiri negeri kita yang menyebut kemerdekaan berpikir, kemerdekaan dari jajahan mental adalah suatu hal yang luar biasa pentingnya," jelasnya.

Ia melanjutkan, konsep Merdeka Belajar itu yang kemudian berlanjut pada gagasan Profil Pelajar Pancasila yang merupakan tujuan transformasi pendidikan.

Nadiem mengatakan, hal tersebut kini tengah digencarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).

Pada gagasan Profil Pelajar Pancasila, Nadiem menyebut ada beberapa hal di antaranya kebinekaan global, kemandirian, dan gotong royong.

"Kebinekaan global untuk kita merasa bagian dari Indonesia, tapi juga bagian dari kemanusiaan global. Kemandirian, ini poinnya berdiri di atas kaki sendiri, bagaimana mahasiswa dan murid kita bisa secara mandiri lanjut menjadi pembelajar sepanjang hayat," ungkapnya.

Konsep kemandirian, lanjut Nadiem, mahasiswa dan pelajar juga diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain nantinya.

Baca juga: Nadiem: Merdeka Belajar Dirancang untuk Prioritaskan Kebutuhan Pelajar

Sementara itu, konsep gotong royong diharapkannya dapat membuka sekat pada ruang belajar mahasiswa, tidak hanya ada di kampus.

Adapun perwujudan dari konsep gotong royong itu kini dikenal dengan nama program Kampus Merdeka.

"Esensi kebijakan Kampus Merdeka ini adalah untuk melepaskan sekat-sekat antara universitas dan industri, melepas sekat-sekat antara fakultas-fakultas lain, melepas sekat-sekat antara riset atau mengajar, atau pengabdian masyarakat. Itu semua kita merdekakan. Sehingga sekarang institusi-institusi di luar kampus juga bisa menjadi mini kampus selama satu semester," tutur Nadiem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Nasional
Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Nasional
Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Nasional
Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Nasional
Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Nasional
Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Nasional
Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Nasional
Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Nasional
Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Nasional
Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com