JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi pandemi Covid-19 disebut mengalami perburukan pasca munculnya dua varian baru yang tersebar di masyarakat yakni B.1.1,7 dari Inggris, dan B.1.617.2 dari India.
Hal itu disampaikan Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyusul munculnya kasus infeksi Covid-19 yang terjadi dengan cepat di tiga tempat yaitu Cilacap Jawa Tengah; Cilangkap Jakarta Timur; dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
"Ini adalah bukti bahwa sebetulnya situasi makin buruk, varian baru ini lebih cepat menular," kata Dicky pada Kompas.com, Senin (24/5/2021).
Baca juga: Pasien Covid-19 di RS Wisma Atlet Terus Meningkat, Warga Jakarta Jangan Lengah
Menurut Dicky ditemukannya kasus di tiga lokasi itu bukan karena proses tracing dari pemerintah yang mengalami perbaikan.
"Kalau bicara kapasitas tracing belum ada perbaikan signifikan. Misalnya pada kasus terungkapnya penyebaran Covid-19 di Cilacap yang terjadi pada sejumlah petugas kesehatan di tempat kerja yang sama, itu tidak bisa merepresentasikan bahwa tingkat testing tracing kita lebih bagus," paparnya.
Penyebabnya menurut Dicky hingga saat ini tingkat positivity rate di Indonesia masih diatas 10 persen.
Lalu, ia melanjutkan, wilayah-wilayah di Indonesia belum dapat memenuhi syarat minimal testing yang diterapkan organisasi kesehatan dunia (WHO) dengan ketentuan 1 testing banding 1.000 populasi setiap pekan.
"Faktanya tes positivity rate kita jauh diatas 10 persen. Testing kita masih jauh dari kriteria ideal untuk tes positivity rate baik dari sisi testing skala penduduk dan skala pandemi, masih jauh," jelas Dicky.
"Dalam evaluasi 3 bulan terakhir saja baru 3 provinsi yang memenuhi kriteria WHO untuk 1 orang di tes per 1.000 populasi setiap minggu, yakni hanya DKI Jakarta, Yogyakarta dan Sumatera Barat," sambungnya.
Dengan situasi ini, sambung Dicky, pemerintah mesti meningkatkan kapasitas testing dan tracing.
Selain itu juga menjalankan isolasi dan karantina secara efektif.
"Efektif di sini maksudnya adalah memberi dukungan pada masyarakatnya yang sedang menjalani isolasi mandiri. Dengan cara memenuhi kebutuhan dasarnya selama menjalani proses isolasi," sebut Dicky.
Dicky juga meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terkait penggunaan masker.
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Wamenkes Sebut Dampak Libur Lebaran Mulai Terasa
"Kalau dulu sebelum ada varian baru muncul kepatuhan masyarakat menggunakan masker berada di angka 50 persen. Maka sekarang harus di tingkatkan minimal di angka 75 persen," ujar dia.
Disisi lain, masyarakat juga diminta untuk semakin patuh pada protokol kesehatan 5M.
Peningkatan kepatuhan itu, lanjut Dicky, bisa dengan memakai masker dua lapis dan semakin menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas.
"Kepatuhan masyarakat akan 5M harus ditingkatkan misalnya pakai masker 2 lapis, menjaga jarak minimal 2 meter, dan bahkan menggunakan masker di rumah jika ada anggota keluarga yang sakit," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.