Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fajar Merah: Antara Politik, Musik dan Puisi Wiji Thukul

Kompas.com - 21/05/2021, 06:01 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rangkaian peristiwa Reformasi 1998 tak bisa dilepaskan dari kasus penculikan terhadap para aktivis.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat ada 13 aktivis yang dihilangkan pada periode 1997-1998, salah satunya Wiji Thukul.

Thukul merupakan seniman dan aktivis yang tergabung dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ia aktif menyampaikan kritik terhadap pemerintahan Orde Baru.

Thukul menyuarakan berbagai ketidakadilan dan pengingkaran atas hak asasi manusia.

Baca juga: Musikalisasi Puisi Wiji Thukul dan Interpretasi Fajar Merah

Namun, negara masih berutang kepada Fajar Merah, anak kedua Thukul. Hingga saat ini, sang ayah belum ditemukan.

"Aku tahu, kadang negara itu pura-pura tuli, tapi cuma percuma aku kalau ngomong dengan orang yang sebenarnya mendengar tapi tidak mau mendengarkan," kata Fajar, dalam video wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, yang diunggah Senin (17/5/2021).

Seperti ayahnya, Fajar juga menggeluti dunia seni yang menjadi wadah untuk bersuara. Ia memusikalisasi puisi Wiji Thukul, di antaranya Bunga dan Tembok dan Puisi untuk Adik.

Bagi Fajar, musik tak sekadar hobi. Kecintaannya terhadap musik memiliki maknanya sendiri, yakni penghargaan untuk sang ayah.

“Aku cuman seorang anak yang memberikan penghargaan kepada bapaknya, memberi penghargaan karya bapaknya lewat musik yang aku buat,” ucap Fajar.

Baca juga: Musik Fajar Merah, Makna Kehidupan dan Penghargaan untuk Wiji Thukul

Kendati demikian, Fajar mengaku tidak begitu menyukai politik. Menurutnya, politik itu rumit.

Sementara, sejumlah isu, seperti kelestarian lingkungan, jarang sekali digaungkan.

"Politik itu kalau ibarat permainan, bukan permainan yang aku senangi," ucapnya.

Fajar mengakui, dalam hal aktivisme, ia memiliki sifat yang sangat berbeda dengan ayahnya.

Sejak 1990-an, Thukul dikenal sebagai seniman yang kerap menyuarakan kritik dan melawan penindasan pada masa Orde Baru.

Sementara, sifat Fajar berkebalikan dengan sang ayah. Ia mengistilahkannya, bergerak dalam diam.

"Aku itu manusia yang sangat-sangat pasif, aku bergerak dalam diam, pacifist lebih tepatnya,” ucap Fajar.

Baca juga: Fajar Merah Siapkan Album Musik dari Puisi-puisi Wiji Thukul

Kendati demikian, Fajar ingin menjadi aktivis yang dapat membawa pengaruh bagi orang banyak. Kelak, pandai membawa isu besar dalam perbincangan ringan dan dinikmati masyarakat.

“Mencita-citakan untuk menjadi seorang aktivis yang sangat berpengaruh dan aku mampu menguasai bagaimana cara berinteraksi dengan orang-orang yang, tidak harus kita ngomong panjang lebar soal hal besar itu,” kata Fajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com