JAKARTA, KOMPAS.com - Rangkaian peristiwa Reformasi 1998 tak bisa dilepaskan dari kasus penculikan terhadap para aktivis.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat ada 13 aktivis yang dihilangkan pada periode 1997-1998, salah satunya Wiji Thukul.
Thukul merupakan seniman dan aktivis yang tergabung dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ia aktif menyampaikan kritik terhadap pemerintahan Orde Baru.
Thukul menyuarakan berbagai ketidakadilan dan pengingkaran atas hak asasi manusia.
Baca juga: Musikalisasi Puisi Wiji Thukul dan Interpretasi Fajar Merah
Namun, negara masih berutang kepada Fajar Merah, anak kedua Thukul. Hingga saat ini, sang ayah belum ditemukan.
"Aku tahu, kadang negara itu pura-pura tuli, tapi cuma percuma aku kalau ngomong dengan orang yang sebenarnya mendengar tapi tidak mau mendengarkan," kata Fajar, dalam video wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, yang diunggah Senin (17/5/2021).
Seperti ayahnya, Fajar juga menggeluti dunia seni yang menjadi wadah untuk bersuara. Ia memusikalisasi puisi Wiji Thukul, di antaranya Bunga dan Tembok dan Puisi untuk Adik.
Bagi Fajar, musik tak sekadar hobi. Kecintaannya terhadap musik memiliki maknanya sendiri, yakni penghargaan untuk sang ayah.
“Aku cuman seorang anak yang memberikan penghargaan kepada bapaknya, memberi penghargaan karya bapaknya lewat musik yang aku buat,” ucap Fajar.
Baca juga: Musik Fajar Merah, Makna Kehidupan dan Penghargaan untuk Wiji Thukul
Kendati demikian, Fajar mengaku tidak begitu menyukai politik. Menurutnya, politik itu rumit.
Sementara, sejumlah isu, seperti kelestarian lingkungan, jarang sekali digaungkan.
"Politik itu kalau ibarat permainan, bukan permainan yang aku senangi," ucapnya.
Fajar mengakui, dalam hal aktivisme, ia memiliki sifat yang sangat berbeda dengan ayahnya.
Sejak 1990-an, Thukul dikenal sebagai seniman yang kerap menyuarakan kritik dan melawan penindasan pada masa Orde Baru.
Sementara, sifat Fajar berkebalikan dengan sang ayah. Ia mengistilahkannya, bergerak dalam diam.
"Aku itu manusia yang sangat-sangat pasif, aku bergerak dalam diam, pacifist lebih tepatnya,” ucap Fajar.
Baca juga: Fajar Merah Siapkan Album Musik dari Puisi-puisi Wiji Thukul
Kendati demikian, Fajar ingin menjadi aktivis yang dapat membawa pengaruh bagi orang banyak. Kelak, pandai membawa isu besar dalam perbincangan ringan dan dinikmati masyarakat.
“Mencita-citakan untuk menjadi seorang aktivis yang sangat berpengaruh dan aku mampu menguasai bagaimana cara berinteraksi dengan orang-orang yang, tidak harus kita ngomong panjang lebar soal hal besar itu,” kata Fajar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.