Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denny Indrayana Ungkap Dugaan Politik Uang di Pilgub Kalsel Jelang Pemungutan Suara Ulang

Kompas.com - 12/04/2021, 15:30 WIB
Sania Mashabi,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Denny Indrayana mengungkap adanya dugaan praktik politik uang dalam proses menjelang pemungutan suara ulang pemilihan gubernur (Pilgub) Kalsel tahun 2020.

Hal itu ia ungkapkan usai melakukan audiensi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Senin (12/4/2021).

"Tadi kami diterima oleh Komisioner Ibu (Ratna) Dewi. Kami memberikan informasi, situasi di Kalimantan Selatan yang semakin tidak kondusif, terkait dengan prinsip pemilu jujur dan adil," kata Denny melalui siaran di akun Facebook-nya.

Adapun dugaan politik uang yang dimaksud Denny antara lain pembagian sembako hingga pemborongan dagangan di pasar.

Kemudian kepala desa digaji Rp 5 juta per bulan, Rukun Tetangga (RT) Rp 2,5 juta per bulan selama rentang periode pemungutan suara ulang yang akan digelar 9 Juni 2021.

Baca juga: Tak Puas Kinerja Bawaslu Kalsel, Denny Indrayana Laporkan Dugaan Politik Uang ke Bawaslu RI

"Saya sudah ketemu dengan beberapa RT dibeberapa wilayah, mengkonfirmasi itu. Tujuannya nanti mereka merekrut suara-suara pemilih," ujarnya.

Lalu ada juga modus politik uang dengan menempelkan stiker yang bertuliskan angka jumlah penghuni rumah untuk selanjutnya diberi uang.

Serta adanya kepala dinas yang dikumpulkan untuk menguntungkan salah satu pasangan calon.

"Kiranya nanti ada tim lain yang turun dengan uang pada gilirannya untuk memberikan pembelian suara kepada rumah-rumah yang sudah ditempelin stiker itu. Ini sebenarnya modus lama," ungkapnya.

Namun, menurut Denny, walau sudah terlihat jelas, Bawaslu Kalimantan Selatan justru tidak melakukan tindakan apapun.

Padahal, seharusnya Bawaslu dia nilai bisa mengambil tindakan tanpa harus ada laporan terlebih dahulu.

"Jadi saya memberikan warning kepada Bawaslu jangan dibiarkan dong sambil saya mengambil langkah," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com