Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas: Angka Kematian Akibat Covid-19 Tak Bisa Ditoleransi

Kompas.com - 23/02/2021, 18:21 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta para kepala daerah menekan angka kematian pasien virus corona di wilayah masing-masing.

Ia menyebut, naiknya angka kematian akibat Covid-19 tak bisa ditoleransi.

"Angka kematian harus betul-betul kita tekan dengan maksimal, karena seperti yang selalu saya sampaikan bahwa satu kematian saja terbilang nyawa. Kita tidak dapat menoleransi kenaikan kematian," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (23/2/2021).

Wiku menyebut, angka kematian pasien Covid-19 sangat bervariasi di tiap daerah.

Baca juga: Satgas: Manfaat Vaksinasi Covid-19 Lebih Besar dari Risikonya

Di DKI Jakarta angka ini terus turun sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan.

Sebelum PPKM diberlakukan, angka kematian di Ibu Kota mencapai 1,72 persen. Jumlah itu menurun sebanyak 0,14 persen per 19 Februari 2021 menjadi 1,58 persen.

Di Jawa Barat, angka kematian cenderung fluktuatif. Angka kematian sempat naik ketika PPKM tahap kedua diberlakukan, namun kembali turun saat PPKM mikro diterapkan.

Sementara, di Bali angka kematian meningkat tajam saat PPKM tahap pertama dilakukan. Namun angka ini berhasil diturunkan selama PPKM tahap 2 dan 3.

"Provinsi lainnya seperti Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur bahkan menunjukkan peningkatan persen kematian. Bahkan DIY menunjukkan kenaikan sebesar 0,22 persen dibandingkan dengan sebelumnya PPKM berlangsung," ujar Wiku.

Baca juga: Satgas Minta Puskesmas Pastikan Kenyamanan Lansia Saat Vaksinasi Covid-19

Wiku pun meminta pemerintah daerah hingga RT dan RW di wilayah Jawa dan Bali untuk bahu-membahu menekan angka kematian pasien virus corona.

Hal ini dilakukan salah satunya dengan membantu Puskesmas melakukan deteksi dini masyarakat di tingkat RT dan RW yang menunjukkan gejala virus corona.

Jika ditemukan individu yang bergejala, maka perangkat desa setempat dapat membantu merujuk ke rumah sakit terdekat apabila membutuhkan penanganan lebih lanjut.

"Untuk masyarakatnya dimohon untuk jangan lelah melaksanakan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak karena saat ini hanya protokol pencegahan yang paling efektif untuk dijalankan. Saya juga harapkan kerja samanya untuk tidak menolak penanganan," kata Wiku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com