JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, angka stunting di Indonesia masih terbilang tinggi.
Bahkan, separuh dari angkatan kerja di Tanah Air merupakan penyintas stunting.
"Menurut Bank Dunia, angka stunting angkatan kerja kita, artinya angkatan kerja kita yang waktu masa bayinya atau masih dalam kandungannya itu terjangkit atau mengalami stunting itu jumlahnya mencapai 54 persen," kata Muhadjir dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (25/1/2021).
Baca juga: Jokowi Minta Angka Stunting Diturunkan Jadi 14 Persen pada 2024
Muhadjir mengungkap, pada tahun 2019 angka stunting di Indonesia mencapai 27,6 persen. Angka ini diperkirakan naik di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.
Dengan catatan ini, Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas yang digelar Senin (25/1/2021) meminta jajaran menterinya untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.
Dengan demikian, setiap tahun angka stunting harus diturunkan hingga 2,7 persen.
"Ini adalah suatu target yang luar biasa besar, karena itu Bapak Presiden memberikan arahan agar ada langkah-langkah yang luar biasa, yang tidak biasa atau extraordinary," ucap Muhadjir.
Baca juga: Angka Stunting Tinggi, Jokowi Minta Seluruh Daerah Beri Perhatian
Muhadjir mengatakan, penurunan stunting menjadi perhatian besar Jokowi. Sebab, bayi yang terlanjur lahir stunting perkembangan kecerdasannya tak akan optimal hingga usia 1000 hari awal kehidupan.
Kondisi ini akan terus berlangsung hingga bayi menjadi dewasa dan masuk usia produktif.
Adapun penanganan stunting akan mengacu pada Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Dengan demikian, upaya pembangunan keluarga tidak hanya terbatas kepada masalah pembatasan angka kelahiran dan penjarangan angka kelahiran, tetapi juga berfokus pada penurunan stunting.
"Pembangunan keluarga yang integral salah satunya yang menjadi isu besar adalah masalah penurunan angka stunting," kata Muhadjir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.