JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari PT Bio Farma Bambang Herianto memberikan klarifikasi terkait informasi yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk vaksinasi kepada masyarakat adalah vaksin untuk uji klinis (only for clinical trial).
Menurut Bambang, informasi itu tidak benar.
"Kami konfirmasikan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini sudah berada di Bio Farma, dan akan digunakan untuk program vaksinasi nantinya, akan menggunakan vaksin yang telah memperoleh izin penggunaan dari BPOM," ujar Bambang dikutip dari siaran pers di laman resmi Kemenkes, Senin (4/1/2021).
Baca juga: Pemerintah Diminta Gencarkan Sosialiasi Mutu dan Manfaat Vaksin Covid-19
"Sehingga kemasannya pun akan berbeda dengan vaksin yang digunakan untuk keperluan uji klinis," kata dia.
Menurut dia, uji klinis menggunakan kemasan pre-filled syringe (PFS) yang jarum suntiknya berada dalam satu kemasan dengan vaksin.
Sementara itu, vaksin yang akan digunakan untuk program vaksinasi pemerintah dikemas dalam bentuk vial single dose dan tidak akan ada penandaan only for clinical trial pada kemasannya.
Bambang juga mengklarifikasi informasi lain yang beredar yakni soal vero cell (sel vero).
Bambang mengatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac tidak mengandung vero cell.
Sebab, vero cell hanya digunakan sebagai media kultur untuk media kembang dan tumbuh virus tersebut untuk proses perbanyakan virus sebagai bahan baku vaksin.
Baca juga: 4.000 Tenaga Kesehatan di Banten Tidak Dapat Vaksin Covid-19, Ini Penyebabnya
Jika tidak mempergunakan media kultur, virus akan mati sehingga tidak dapat digunakan untuk pembuatan vaksin.
"Setelah mendapatkan jumlah virus yang cukup, maka akan dipisahkan dari media pertumbuhan dan sel vero ini tidak akan ikut/terbawa dalam proses akhir pembuatan vaksin," ujar Bambang
"Dengan demikian, pada produk akhir vaksin, sudah dapat dipastikan tidak akan lagi mengandung sel vero tersebut, " ucap dia.
Lebih lanjut Bambang menyampaikan, vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang akan digunakan mengandung bahan antara lain virus yang sudah dimatikan (inactivated virus) dan tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan.
Baca juga: Berdasarkan Jumlah, Penerima Vaksin Terbanyak di Lampung adalah Pelaku Ekonomi
Bahan selanjutnya adalah Alumunium hidroksida yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan vaksin.
Ada pula larutan fosfat sebagai penstabil (stabilizer), dan larutan garam Natrium klorida untuk memberikan kenyamanan dalam penyuntikan.
"Vaksin Covid-19 buatan Sinovac juga tidak mengandung bahan seperti boraks, formalin, merkuri, serta tidak mengandung pengawet," tutur Bambang.
"Vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji yang ketat, sehingga terjamin kualitas, keamanan dan efektifitasnya di bawah pengawasan BPOM serta memenuhi standar internasional," kata dia.
Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin Covid-19 tahap kedua dari Sinovac telah tiba di Indonesia pada 31 Desember 2020.
Vaksin ini pun sudah diterima PT Bio Farma pada hari yang sama.
Baca juga: 40.520 Dosis Vaksin Sinovac Tiba di Lampung, untuk Petugas Kesehatan
Dengan demikian, kini jumlah vaksin Covid-19 dari Sinovac yang sudah diterima oleh Indonesia sebanyak tiga juta dosis.
Semua vaksin tersebut disimpan di tempat penyimpanan khusus di fasilitas penyimpanan PT Bio Farma dengan suhu yang tetap terjaga antara 2-8 derajad Celcius.
Selain itu, serangkaian pengujian mutu, baik yang dilakukan oleh Bio Farma sendiri, maupun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah dilakukan.
Pengujian ini dilakukan dalam rangka menjaga kualitas dan keamanan produk vaksin agar terjamin dari mulai diproduksi sampai didistribusikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.