Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Liburan, Epidemiolog Minta Masyarakat Berdiam Diri di Rumah Selama 14 Hari

Kompas.com - 04/01/2021, 11:17 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi Indonesia dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta masyarakat yang baru pulang berlibur dari suatu daerah untuk berdiam diri di rumah selama 14 hari.

Hal itu bertujuan agar penyebaran Covid-19 di Indonesia tidak meningkat seperti yang biasa terjadi usai libur panjang.

"Semua yang kembali ke tempat asalnya, mau di Jakarta, mau di Jawa Barat atau di manapun, kalau baru pulang liburan ini, mereka harus stay at home. Diam di rumah dua minggu, setidaknya dua minggu," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/1/2021).

Baca juga: Merasa Ada Gejala Covid-19 saat Berlibur, Apa yang Harus Dilakukan?

Selama di rumah, masyarakat juga harus memerhatikan kondisi kesehatannya terkait dengan ada atau tidaknya gejala Covid-19 seusai liburan.

Jika mengalami gejala, masyarakat harus mengontak petugas kesehatan setempat.

"Ini yang harus tentu dipantau juga oleh Puskesmas setempat. Puskesmas juga harus punya sistem untuk memantau siapa saja orang di sekitarnya yang baru pulang dari bepergian atau berlibur, agar orang ini terpantau untuk tetap di rumah saja 14 hari," tutur dia.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 Usai Libur, Epidemiolog: Saatnya 3M Jadi 5M

Selain itu, Dicky juga menekankan agar perusahaan atau perkantoran mewajibkan para pekerjanya yang baru pulang liburan untuk bekerja dari rumah atau work from home.

Menurutnya, tidak hanya perkantoran swasta namun juga institusi pemerintah yang pegawainya baru pulang liburan, harus mewajibkan WFH.

"Kemudian juga harus dievaluasi, bagaimana kondisi kesehatannya. Jika dalam dua minggu itu menimbulkan gejala ya dia harus mengontak petugas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," tambah dia.

Baca juga: Saran Epidemiolog, Lebih dari 3 Orang Berkumpul Dilarang di Jakarta

Di samping itu, Dicky juga mengatakan bahwa pemerintah tetap harus menggencarkan penerapan 3T, yakni testing, tracing dan treatment. 

Kemudian ditambah dengan penerapan strategi dari 5M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, ditambah membatasi mobilitas interaksi dan mencegah keramaian kerumunan.

Dicky mengatakan, berdasarkan riset, mobilitas tinggi dan keramaian kerumunan menjadi pemicu ledakan kasus Covid-19 di satu wilayah atau negara.

"Karena terbukti tidak hanya di Indonesia, di dunia, dua hal ini menjadi masalah yaitu mobilitas dan keramaian kerumunan sangat besar kontribusinya dalam menyebabkan terjadi banyak infeksi, hunian rumah sakit meningkat, termasuk kematian terus meningkat," pungkas Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com