Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arnoldus Mononutu, Tokoh Pergerakan Asal Minahasa yang Kini Jadi Pahlawan Nasional

Kompas.com - 10/11/2020, 12:40 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional pada enam tokoh terpilih tahun ini.

Salah satu yang dianugerahi gelar tersebut yakni Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu. Ia merupakan tokoh pergerakan nasional yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.

Lahir pada 4 Desember 1896 di Manado, Sulawesi Utara, Arnoldus dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan Wakil Presiden RI pertama, Mohammad Hatta. Keduanya saling kenal saat sama-sama menempuh pendidikan di Belanda.

Saat belajar di luar negeri, Arnoldus aktif mengorganisir mahasiswa Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan.

Baca juga: Jokowi Pimpin Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada 6 Tokoh

 

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (9/11/2020), Direktur Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur, Denni Pinontoan menyebut, Arnoldus punya peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Dia salah satu orang yang berperan menghubungkan perjuangan gagasan, wacana dan gerakan kemerdekaan Indonesia dengan bangsa-bangsa Asia lainnya yang sedang dijajah waktu itu," kata Denni saat dikonfirmasi, Senin (9/11/2020).

Denni juga mengatakan, pada masa perjuangan kemerdekaan Arnoldus berperan dalam menepis anggapan yang menyebut bahwa warga Minahasa cenderung memihak pemerintah kolonial Belanda.

"Dari jejak Arnold Mononutu ini sebenarnya tidak," ujar Denni.

Arnoldus pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan di tiga kabinet, yakni Kabinet Republik Indonesia Serikat (20 Desember 1949-6 September 1950), Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-April 1952), dan Kabinet Wilopo (3 April 1952-30 Juli 1953).

Baca juga: Polri Bangga Kapolri Pertama Jadi Pahlawan Nasional

 

Ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia pertama untuk China. Selain itu, Arnoldus pernah menjadi anggota Majelis Konstituente.

Pada tahun 1960, Arnoldus ditunjuk oleh Presiden RI pertama, Soekarno, sebagai Rektor Universitas Hassanuddin.

Dia menjabat selama lima tahun. Selama itu pula, jumlah mahasiswanya tumbuh dari 4.000 menjadi 8.000 orang.

Pada 15 Februari 1961, Arnoldus dianugerahi bintang mahaputra utama, penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga sipil oleh pemerintah Indonesia.

Pada usia 86 tahun tepatnya tanggal 5 September 1983, Arnoldus mengembuskan napas terakhirnya di Jakarta.

Adapun gelar pahlawan nasional diberikan Presiden Joko Widodo bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Selasa (10/11/2020), di Istana Negara, Jakarta.

Penganugerahan gelar pahlawan nasional ini didasari atas Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 117 TK Tahun 2020 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Selain Arnoldus, lima tokoh lain yang juga diberi gelar pahlawan nasional yakni Sultan Baabulah dari Provinsi Maluku Utara, Machmud Singgirei Rumagesan dari Papua Barat, Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dari DKI Jakarta, MR SM Amin Nasution dari Sulawesi Utara, serta Raden Mattaher bin Pangeran Kusen bin Adi dari Provinsi Jambi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com