JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah lebih dari tujuh bulan, pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Namun, hingga saat ini pemerintah belum terlihat dapat mengendalikan laju penularan virus corona.
Berdasarkan data pemerintah hingga Kamis (15/10/2020) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 4.411 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan kasus baru ini didapatkan setelah pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap 42.208 spesimen dalam sehari.
Baca juga: Dosen UPN Yogya Meninggal karena Covid-19, 4 Anggota Keluarga Positif Corona
Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 349.160 orang.
Berdasarkan data yang sama, tercatat pula penambahan 5.810 pasien sembuh dari Covid-19 selama sehari.
Penambahan kasus sembuh ini merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi.
Dengan demikian, total pasien Covid-19 yang sembuh kini berjumlah 273.661 orang.
Kemudian, pada periode 14-15 Oktober 2020, ada penambahan 112 pasien Covid-19 yang tutup usia.
Baca juga: [UPDATE] 15 Oktober: 95 Kasus Baru Covid-19, 3 Pasien Meninggal di Depok
Sehingga, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia total berjumlah 12.268 orang.
Berdasarkan sejumlah data di atas, maka kasus aktif Covid-19 kini berjumlah 63.231 orang.
Mereka merupakan pasien yang masih menjalani perawatan atau sedang isolasi mandiri.
Selain kasus positif, saat ini juga tercatat ada 154.926 orang berstatus suspek.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut kasus aktif akibat infeksi virus corona di Indonesia masih meningkat.
Secara akumulatif, Wiku menyampaikan kasus aktif Covid-19 saat ini mencapai 63.231.
Satgas merasa prihatin dengan perkembangan kondisi ini.
Baca juga: Satgas Prihatin Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia Meningkat
"Kami prihatin bahwa kasus aktif secara nasional masih mengalami peningkatan," ucap Wiku dalam konferensi pers melalui akun Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (15/10/2020).
Kasus aktif Covid-19 adalah jumlah pasien yang saat ini masih menjalani perawatan atau pun isolasi mandiri.
Angka kasus aktif didapatkan dari jumlah total kasus Covid-19 dikurangi dengan jumlah pasien sembuh dan meninggal dunia.
Kendati kasus aktif Covid-19 masih meningkat, namun Wiku menyebut kontribusi 10 provinsi prioritas terhadap kasus aktif nasional cenderung menurun.
Kesepuluh provinsi prioritas itu, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, Bali, dan Banten.
Wiku menjelaskan, pada 27 September lalu, kontribusi 10 provinsi ini pada kasus aktif nasional sebanyak 67,62 persen.
Baca juga: Kasus Aktif Covid-19 di Jawa Tengah Meningkat dalam 2 Pekan Terakhir
Kemudian pada 4 Oktober, 10 provinsi prioritas menyumbang 66,38 persen kasus aktif.
Lalu, pada 11 Oktober kembali mengalami penurunan di angka 65,64 persen.
"Ini adalah kabar baik dan perlu untuk terus ditekan. Sehingga persentase kontribusi kasus aktif di 10 provinsi prioritas ini dapat semakin menurun," kata Wiku.
Wiku juga menyebut, angka kesembuhan pasien Covid-19 di 10 provinsi prioritas mengalami peningkatan.
Namun, ia mengakui kontribusi 10 provinsi prioritas terhadap kesembuhan nasional menurun.
Pada 27 september tercatat 79,35 persen dari kasus kesembuhan nasional berasal dari 10 provinsi prioritas.
Baca juga: Satgas Ingatkan 16 Daerah dengan Kasus Aktif Covid-19 Kurang dari 1.000 untuk Hati-hati
Kemudian angkanya menurun pada 4 Oktober menjadi 77,64 persen dan menjadi 76,81 persen pada 11 Oktober.
"Tigkat kesembuhan ini harus selalu ditingkatkan baik di 10 provinsi prioritas maupun di tingkat nasional. 10 provinsi priorotas diharapkan dapat berkontribusi lebih tinggi dalam angka kesembuhan nasional," ucap Wiku.
Sebagaimana diketahui, pemerintah mengumumkan kerja sama dengan sejumlah perusahaan farmasi internasional dalam pengadaaan vaksin Covid-19, yakni Sinovac, Sinopharm, Cansino, dan AstraZeneca.
Kandidat vaksin Covid-19 dari keempat perusahaan tersebut tengah menjalani uji klinis tahap ketiga.
Pemerintah mengatakan vaksin Covid-19 siap diedarkan pada November.
Meski demikian, Wiku Adisasmito tetap meminta masyarakat tak terlena dengan rencana pengadaan vaksin Covid-19 oleh pemerintah.
Baca juga: Kota Bogor Dapat Jatah 200.000 Vaksin Covid-19, Bima Arya Sebut Tenaga Medis Jadi Prioritas
Ia mengingatkan, pandemi Covid-19 tak serta-merta selesai dengan adanya vaksin, sehingga masyarakat harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Walaupun vaksin akan dipersiapkan dan diproduksi dalam waktu jangka waktu yang dekat, kita tidak boleh terlena dengan ini," ucap Wiku.
Wiku menuturkan, solusi pengendalian Covid-19 bukan hanya vaksin, melainkan juga dengan penerapan protokol kesehatan secara disiplin.
Ia mengatakan, penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, merupakan cara sederhana dalam mengendalikan wabah Covid-19. Kendati demikian, cara tersebut sangat efektif.
Wiku mengungkapkan, penerapan protokol kesehatan secara disiplin dalam sebuah masyarakat dapat menurunkan risiko penularan hingga 85 persen.
"Sehingga, jika kita bisa menerapkan ketiga protokol sekaligus, risiko penularan akan turun jauh lebih besar. Adaptasi perilaku memang tidak mudah. Oleh karena itu perlu kerja sama elemen masyarakat dalam pengendalian Covid-19," tutur Wiku.
Baca juga: Rusia Menyetujui Vaksin Kedua Covid-19 Setelah Uji Coba Awal
"Kami mohon seluruh masyarakat di Indonesia betul-betul memahami kondisi pandemi Covid-19 sambil mengubah perilaku. Memastikan kita bisa bertahan menghadapi Covid-19 ini dan menunggu penyiapan program vaksinasi sehingga kita bisa terproteksi dengan berbagai cara," ucap dia.
Di sisi lain, jumlah kematian dokter akibat terpapar Covid-19 terus bertambah.
Wakil Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Ari Kusuma Januarto mengatakan, pekan ini ada empat orang dokter meninggal dunia akibat Covid-19.
"Pekan ini, empat orang dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Dalam waktu dua pekan Oktober, sudah ada sembilan dokter meninggal dunia," ujar Ari dalam keterangan tertulis PB IDI yang diterima Kompas.com, Kamis (15/10/2020).
"Sehingga, total 136 dokter wafat akibat Covid-9 (secara keseluruhan)," ujar dia.
Ari memerinci, para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 71 dokter umum dan 63 dokter spesialis serta dua residen.
Baca juga: Sempat Molor, Insentif Tenaga Medis Kota Bekasi Dijanjikan Cair Bulan Ini
Semuanya berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 66 IDI Cabang (kota/kabupaten).
Kemudian, berdasarkan data provinsi, angka kematian dokter terbanyak berada di Jawa Timur (32 dokter).
Secara berturut-turut disusul oleh Sumatera Utara (23 dokter), DKI Jakarta (19 dokter), Jawa Barat (12 dokter), Jawa Tengah (9 dokter), Sulawesi Selatan (6 dokter), Bali (5 dokter), dan Sumatera Selatan (4 dokter).
Lalu, ada Kalimantan Selatan (4 dokter), Aceh (4 dokter), Kalimantan Timur (3 dokter), Riau (4 dokter), Kepulauan Riau (2 dokter), DI Yogyakarta (2 dokter), Nusa Tenggara Barat (2 dokter), Sulawesi Utara (2 dokter), Banten (2 dokter), dan Papua Barat (1 dokter).
Merujuk data ini, kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan masih terjadi dengan angka kematian yang semakin mengkhawatirkan.
"Sudah ratusan tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dalam tugas pelayanan yang terpapar Covid-19. Ini adalah situasi krisis dalam pelayanan kesehatan saat ini," kata Ari.
"Setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan memiliki hak untuk merasa aman di tempat kerjanya. Harus ada kerja sama menyeluruh baik dari pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan," lanjut dia.
Ari menyebutkan, perhatian semua pihak diharapkan bisa membantu tenaga medis dan tenaga kesehatan dapat melanjutkan pekerjaan mereka tanpa mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.