JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui, proses tracing menjadi kendala terbesar dalam penanganan Covid-19 saat ini.
Sebab, banyak penolakan dari masyarakat karena ada stigma negatif terhadap penderita Covid-19.
"Karena banyaknya resistansi dari masyarakat di lapangan akibat adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap penderita Covid-19 dan ini harus dihindari," ujar Wiku sebagaimana dikutip dari laman resmi Satgas Covid-19, Rabu (30/9/2020).
Baca juga: Ganjar Minta Kepala Daerah Tingkatkan Jumlah Testing Covid-19
Kondisi tersebut juga diperparah adanya berita bohong yang menghilangkan rasa percaya terhadap pasien yang menjadi subyek tracing.
Wiku pun mengakui, proses tracing, testing, dan treatment (3T) merupakan upaya yang tidak mudah.
"Untuk itu kami menghimbau masyarakat untuk betul-betul memahami bahwa keterbukaan kita semuanya sangat penting bagi pemerintah dalam upaya pemerintah melakukan tracing," kata Wiku.
Masyarakat, kata dia, harus terbuka terkait riwayat perjalanan dan interaksi yang dilakukan.
Masyarakat lainnya pun diminta tidak memberikan stigma negatif terhadap penderita positif Covid-19.
"Apa yang bisa dilakukan masyarakat, kita bisa bersama-sama memudarkan stigma negatif. Ingat musuh kita bukan saudara-saudara kita atau orangnya. Musuh kita adalah virusnya," ucap Wiku.
"Bersikap jujur dan suportif kepada petugas adalah sikap yang penting dalam menyukseskan program 3T," kata dia.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7-14 September 2020 terhadap 90.967 responden, masih ada tujuh persen masyarakat yang mengucilkan atau memberikan stigma negatif kepada penderita Covid-19.
Baca juga: Rasio Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Tinggi, padahal Testing Bermasalah
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, temuan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Sebab, kasus-kasus penolakan masih terjadi di lapangan.
"Tentunya ini tak bisa dibiarkan saja, misalnya ada kasus pegawai BPS. Dia positif Covid-19 dan masuk RSD Wisma Atlet Kamyoran," ucap Suhariyanto.
"Kemudian setelah dinyatakan negatif Covid-19 dan pulang, lalu di kosannya ditolak sehingga kita harus carikan tempat tinggal baru," kata dia.
Merujuk hal ini, dia menyarankan ke depannya ada sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat tentang Covid-19.
Tujuannya, seluruh masyarakat dapat memahami dengan baik tentang pandemi saat ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.