Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Covid-19 Sebut Resistensi Warga Bikin Tracing Jadi Sulit

Kompas.com - 29/09/2020, 18:57 WIB
Ihsanuddin,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui pihaknya masih kesulitan untuk melakukan tracing atau pelacakan kontak erat Covid-19. Wiku menyebut, petugas di lapangan kesulitan karena penolakan dari masyarakat.

"Kendala terbesar saat ini adalah tracing atau pelacakan. Karena banyak resistensi di masyarakat, di lapangan, akibat adanya stigma masyarakat terhadap penderita Covid-19 yang harus dihindari," kata Wiku dalam keterangan pers, Selasa (29/9/2020).

Selain itu, adanya berita negatif serta hoaks bahwa Covid-19 hanya konspirasi turut mempersulit kerja petugas dalam melakukan pelacakan kontak.

Baca juga: Pemprov DKI Sediakan 166 Kamar di Tiga Tempat Isolasi Pasien Covid-19

"Kami imbau masyarakat memahami, keterbukaan kita semua sangat penting dalam upaya pemerintah melakukan tracing. Harus terbuka terkait riwayat perjalanan dan interaksi yang sudah dilakukan," kata Wiku.

Wiku menegaskan bahwa yang menjadi musuh bersama adalah virus corona Sars-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19.

Sementara pasien yang terjangkit Covid-19 justru harus didukung, bukan diberikan stigma dan dijauhi.

"Jujur dan suportif ketika dilakukan identifikasi kontak erat dengan petugas adalah hal penting untuk sukseskan program 3T (testing, tracing, treatment)," kata dia.

Sementara itu, Wiku mengklaim testing atau pengetesan yang dilakukan pemerintah sudah jauh lebih baik saat ini. Meski angka testing secara nasional masih belum mencapai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 1 orang per 1000 penduduk per minggu, namun sudah ada 5 provinsi yang melampaui standar tersebut.

Kelima provinsi tersebut yakni DKI Jakarta, Sumatera Barat, Bali, Sulawesi Selatan dan Papua.

Wiku juga mengklaim treatment atau perawatan yang dilakukan terhadap pasien Covid-19 terus mengalami perbaikan. Hal itu terlihat dari angka kesembuhan yang terus meningkat.

Baca juga: Ada Fasilitas Wifi di Graha Wisata Ragunan agar Pasien Isolasi Covid-19 Tak Bosan

"Angka kesembuhan juga mengalami peningkatan dari waktu ke waktu ini menunjukan treatment yang dilakukan berkontribusi naiknya angka kesembuhan," katanya.

Sampai Selasa hari ini, kasus Covid-19 di Indonesia masih bertambah 4.002 orang. Penambahan itu menyebabkan sudah ada 282.724 orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia.

Dari jumlah itu, pasien yang dinyatakan sembuh kini mencapai 210.437 orang. Sementara angka kematian akibat Covid-19 kini mencapai 10.601 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com