JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Ilham Aldelino Azre berpendapat, PDI Perjuangan harus mengubah strategi politik apabila mau meraup suara di Sumatera Barat.
Salah satunya, PDI-P mesti merekrut sosok tokoh adat atau tokoh agama lokal yang memiliki basis massa yang kuat.
"Harus mengubah strategi politik dengan merekrut orang-orang lokal yang punya basis massa yang kuat dan lebih diterima masyarakat," kata Ilham saat dihubungi, Senin (7/9/2020).
Baca juga: Megawati: Kenapa Ya, Rakyat di Sumbar Belum Suka PDI-P?
Sebab, menurut Ilham, selama ini PDI-P tidak memiliki figur yang kuat, baik di tingkat nasional maupun lokal, yang mampu menarik hati akar rumput di Sumbar.
Ilham mengatakan, ketokohan Soekarno tidak bisa "dijual" di Sumbar.
Ditarik ke sejarah di masa lalu, Sumbar merupakan basis Masyumi, yang saat itu merupakan partai politik Islam terbesar.
Masyumi diketahui sempat dilarang oleh Soekarno karena diduga mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Baca juga: Megawati: Tidak Ada Saya Membuang Whisnu, Kamu adalah Kader PDI-P
"Ada faktor historis yang tidak diterima masyarakat Sumbar (tentang) ideologi Soekarno," ujar dia.
Sosok Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani pun dinilai juga sulit digunakan untuk meraih simpati masyarakat.
Kendati demikian, Ilham mengatakan, bukan berarti masyarakat Sumbar terikat dengan partai politik berbasis Islam.
Karena pada kenyataannya, partai-partai nasionalis lebih sering menang di Sumbar saat pemilihan umum.
Baca juga: Dua Bakal Calon Bupati di Sumbar Positif Covid-19 Usai Daftar ke KPU
"Partai-partai berbasis Islam tidak pernah menang di Pileg Sumbar. Hanya 1999 PAN menang, 2004 menang Golkar, 2009 menang Demokrat, 2014 menang Golkar, sekarang menang Gerindra," tutur Ilham.
"Ini kan partai-partai yang bukan Islam, meskipun masyarakatnya katanya agamis. Karena pada tingkat lokal tertentu, mungkin sentimen lokal bisa diangkat oleh partai-partai tersebut," tambah dia.
Karena itu, kata Ilham, PDI-P mesti mampu menciptakan isu-isu yang relevan dengan masyarakat lokal.
PDI-P sebagai partai politik harus menunjukkan bahwa mereka tidak antipati dengan isu-isu lokal di Sumatera Barat, khususnya tentang keagamaan.
Baca juga: Megawati: Saya, Soekarno dan Pak Jokowi Dibilang Komunis, di Mana Nalarnya?
"Tidak terlalu antipati dengan isu-isu yangg sifatnya lokal, seperti soal syariah, karena faktanya seperti itu. Pemikiran-pemikiran untuk mendekatkan agama dengan pemerintah makin kuat, apalagi basis massa PDI-P di sini memang tidak kuat," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku heran karena rakyat Sumatera Barat hingga saat ini belum sepenuhnya mau menerima PDI-P.
Hal ini ia sampaikan ketika memberikan pengarahan kepada pasangan calon Pilkada 2020, Rabu (2/9/2020).
"Kalau saya melihat Sumatera Barat itu, saya pikir kenapa ya rakyat di Sumatera Barat itu sepertinya belum menyukai PDI-P, meskipun sudah ada daerah yang mau ada DPC atau DPD," ujar Mega.
Baca juga: Whisnu Legowo Tak Diusung PDI-P di Pilkada Surabaya, Segera Temui Pendukung yang Kecewa
Menurut dia, ini menyulitkan PDI-P ketika menentukan calon kepala daerah di Sumbar. Padahal, kata Mega, banyak pahlawan nasional yang lahir dari Sumbar.
"Kalau untuk mencari pemimpin di daerah tersebut menurut saya masih akan agak sulit," kata dia.
"Padahal kalau kita ingat sejarah bangsa, banyak orang dari kalangan Sumbar yang menjadi nasionalis yang pada waktu itu kerja sama dengan Bung Karno (Soekarno), Bung Hatta (Moh Hatta). Bung Hatta kan sebenarnya datang dari Sumbar," ujar Mega.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.