Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas: Jangan Tanya Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir...

Kompas.com - 05/08/2020, 09:48 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masyarakat sebaiknya tidak bertanya kapan pandemi Covid-19 berakhir.

Dia menegaskan, yang harus diperhatikan masyarakat justru tentang kapan bisa berdisiplin menerapkan protokol kesehatan untuk memutus penularan Covid-19.

"Jangan tanyakan kapan pandemi berakhir, tapi tanyakan kapan kita bisa disiplin pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan," ujar Wiku sebagaimana dikutip dari tayangan di kanal YouTube BNPB, Rabu (5/8/2020).

Baca juga: Jakarta Catat 4 Kali Lonjakan Kasus Covid-19 Dua Pekan Terakhir, Berikut Datanya

Wiku menegaskan, hingga saat ini pandemi Covid-19 masih berlangsung dan belum dapat diprediksi kapan akan selesai.

Namun seluruh elemen yang terlibat dalam penanganan Covid-19, di Indonesia dan dunia berusaha keras agar bisa keluar dari pandemi.

Untuk itu diperlukan kerja sama semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat seluruh Indonesia untuk tetap disiplin melakukan protokol kesehatan.

"Kami perlu ingatkan virus ini sangat berbahaya dan sangat ganas. Untuk itu kalau ada yang bertanya kapan pandemi ini berakhir, maka lebih baik kita bertanya kapan diri kita bisa disiplin pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan," katanya.

"Kami perlu tegaskan bahwa perubahan perilaku adalah kunci utama dengan biaya yang paling murah karena asalnya mulai dari kita sendiri," lanjut Wiku.

Singgung sejarah pandemi

Dalam kesempatan yang sama, Wiku juga menyinggung soal sejarah sejumlah pandemi yang pernah terjadi di dunia.

Merujuk dari sejarah yang ada, pandemi yang pernah ada di dunia memiliki durasi berbeda-beda.

"Dunia pernah mengenal pandemi sejak lama. Dimulai dari pandemi Black Death 1334-1350 yang disebabkan Bubonic plague (penyakitpes) yang berasal dari binatang. Berlangsung selama 16 tahun yang menyebabkan 30 juta -50 juta kematian," jelas Wiku.

Selain itu, ada pandemi lain dengan jumlah kematian cukup tinggi yakni Spanish flu atau flu Spanyol yang terjadi selama satu tahun tapi menyebabkan 50 juta -100 juta kematian.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Pasien di RSPI Sulianti Saroso Terus Bertambah

Kemudian, ada pula pandemi the modern plague yang juga disebabkan bubonic plague. Wabah ini menyebabkan 10 juta kematian dan berlangsung selama 43 tahun, yakni dari 1860-1903.

"Setelah itu wabah-wabah yang terjadi berlangsung lebih cepat. Yakni sekitar satu sampai dua tahun," tutur Wiku.

"Dari sejarah pandemi global tercatat bahwa lama waktu wabah itu cukup bervariasi tergantung jenis sumber wabah," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com