Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Jenderal Hoegeng, Kapolri Jujur dan Teladan Bhayangkara...

Kompas.com - 14/07/2020, 05:31 WIB
Bayu Galih

Penulis

KOMPAS.com - Juli merupakan bulan istimewa bagi Kepolisian RI atau Polri. Sebab, setiap tanggal 1 Juli diperingati sebagai Hari Bhayangkara, untuk menandakan terbentuknya kesatuan itu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1946.

Namun, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Juli menyimpan duka bagi Korps Bhayangkara.

Pada 14 Juli 2004, Indonesia melepas putra terbaik bangsa dengan tutup usianya Kapolri kelima RI, Jenderal (Purn) Polisi Hoegeng Iman Santoso.

Dilansir dari arsip Harian Kompas, baru 30 menit berlalu pada Rabu, 14 Juli 2004 itu, Jenderal Hoegeng mengembuskan napas terakhir pada usia 83 tahun.

Hoegeng meninggal dunia setelah berjuang melawan stroke yang sudah lama dideritanya. Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur menjadi tempat polisi yang dikenal jujur dan sederhana itu menutup mata.

Baca juga: Sulit Mencari Kapolri seperti Hoegeng

Sosok penuh integritas

Jenderal Hoegeng merupakan sosok yang dikenal karena integritasnya. Karakternya yang tegas dan teguh menjaga kehormatan ini juga terukir berkat guyonan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Dalam sebuah diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Gus Dur mengatakan, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng.

Baru-baru ini, guyonan Gus Dur itu kembali ramai dibicarakan setelah ada netizen yang sempat diperiksa polisi karena menulis pernyataan Gus Dur itu di akun media sosialnya.

Mengutip Harian Kompas, Gus Dur saat itu sedang menyinggung upaya pemberantasan korupsi pasca-Reformasi 1998. Apalagi, Polri menjadi salah satu institusi yang diharapkan segera berbenah untuk menghadirkan citra yang lebih baik di masyarakat.

Baca juga: Saat Unggahan Guyonan Politik Gus Dur Berujung Pemeriksaan Polisi...

Lalu seperti apa sosok Hoegeng hingga begitu membekas dalam benak seorang Gus Dur?

Sepenggal kisah kejujuran Hoegeng ditulis dengan baik oleh sejarawan Asvi Warman Adam di Harian Kompas pada 1 Juli 2004, tepat saat Hari Bhayangkara.

Asvi menulis, integritas Hoegeng didapat sebagai bentuk penghormatan untuk sang ayah, yaitu Sukario Hatmodjo, kepala kejaksaan di Pekalongan.

Hoegeng yang memiliki nama lahir Iman Santoso ini mengagumi sang ayah yang bersama dua rekannya menjadi trio penegak hukum di kota itu. Dua orang lainnya adalah kepala polisi Ating Natadikusumah dan ketua pengadilan Soeprapto.

Baca juga: HUT Ke-74 Bhayangkara, Ketua MPR Ingatkan Polri Sosok Jenderal Hoegeng

Hoegeng Iman Santoso bersama istri tercinta, Merry RoeslaniRepro Hoegeng Iman Santoso bersama istri tercinta, Merry Roeslani
Secara khusus, Hoegeng kecil, yang kerap dipanggil bugel (gemuk), dan lama-kelamaan berubah menjadi "bugeng" hingga menjadi "hugeng", mengagumi Ating yang gagah dan suka menolong orang. Kekaguman itu membawa Hoegeng menjadi polisi.

Setelah lulus PTIK pada 1952, ia ditempatkan di Jawa Timur. Namun, integritasnya diuji saat menjadi kepala reskrim di Sumatera Utara. Saat itu Hoegeng menolak rumah pribadi dan mobil yang disediakan cukong judi.

Hoegeng memilih tinggal di hotel hingga kemudian dia mendapat rumah dinas. Setelah mendapat rumah dinas, dia juga menolak rumah itu diisi dengan segala macam perabot pemberian orang, yang dianggapnya sebagai bentuk suap.

Baca juga: Humor Gus Dur soal Polisi Jujur, antara Tito Karnavian dan Nasib Ismail Ahmad

Saat pemberi perabot itu tidak mau menerima pengembalian barang itu, Hoegeng tetap mengeluarkannya dari rumah dinas dan menaruhnya di pinggir jalan.

Usai bertugas di Medan, dia ditempatkan di Jakarta. Untuk sementara, perwira polisi itu bahkan rela tinggal di garasi rumah mertuanya di Menteng.

Dicopot Soeharto

Berbagai jabatan kemudian dipercayakan kepadanya, hingga akhirnya dia dipercaya sebagai Kapolri periode 1968 - 1971, di masa-masa awal Pemerintahan Presiden Soeharto.

Menurut Asvi dalam tulisannya, sejumlah kasus besar terjadi di masa kepemimpinannya.

Kasus yang menarik perhatian publik antara lain pemerkosaan Sum Kuning yang diduga melibatkan anak pejabat, penyelundup Robby Tjahyadi yang di-backing pejabat, dan tewasnya mahasiswa ITB Rene Coenrad oleh taruna Akpol.

Baca juga: Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur yang Disebut Gus Dur dalam Humornya

Hoegeng digambarkan begitu bersikeras untuk menuntaskan kasus-kasus itu. Namun, dalam tulisan Asvi Warman Adam, keuletan itu membuat dia kemudian diberhentikan oleh Soeharto sebagai Kapolri.

Dalam buku Hoegeng, Polisi dan Menteri Teladan (2013) yang ditulis Suhartono, bahkan disebutkan bahwa Hoegeng sempat ingin melapor kepada Presiden Soeharto terkait penangkapan Robby Tjahyadi.

Namun, alangkah kagetnya Hoegeng saat melihat orang yang akan ditangkap itu sudah lebih dulu berada di Jalan Cendana, kediaman Soeharto.

"Dengan segala pertimbangan, saya akhirnya balik badan dan tidak jadi melapor ke Presiden," tutur Hoegeng.

Soeharto mengganti Hoegeng dengan alasan butuh penyegaran di tubuh kepolisian.

Akan tetapi, fakta yang terjadi adalah Jenderal Polisi Mohamad Hasan yang ditunjuk Soeharto sebagai Kapolri saat itu berusia 53 tahun, ketika Hoegeng masih  berusia 49 tahun.

Meski tidak memiliki jabatan, Hoegeng tetap menjadi figur yang dihormati masyarakat. Dia juga kritis terhadap pemerintahan, terutama saat tergabung dalam kelompok Petisi 50.

Baca juga: Gubernur Ganjar Usulkan Jenderal Hoegeng Jadi Pahlawan Nasional

Lalu apa yang membuat Hoegeng dikenal sebagai tokoh yang bersih dan antikorupsi? Salah satunya adalah pendirian yang ditanamkan oleh ayahnya mengenai nama baik dan kehormatan:

"Yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan. Jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan."

Ayah Hoegeng tidak sekadar memberi nasihat, tetapi bersama para sahabat ayahnya memberi teladan. Ayahnya seorang birokrat Belanda yang sampai akhir hayatnya tidak sempat punya tanah dan rumah pribadi.

***

Berbagai kisah yang menggambarkan Hoegeng akan kami sajikan dalam sejumlah tulisan di Kompas.com. Selain untuk mengenang keteladanan Hoegeng Iman Santoso, tentu kami berharap ini jadi inspirasi dan dapat mereplika berjuta Hoegeng lain di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com