Itulah sebabnya diperlukan tes swab, bukan sekadar rapid test.
Lebih lanjut Yuri menjelaskan pemeriksaan spesimen terhadap satu individu tidak hanya sekali, bahkan ada yang dua hingga tiga kali.
"Karena kita yakini tidak satu spesimen satu orang, ada satu orang dengan 3 spesimen, 2 spesimen. Misalnya diambil dari nasovaring dan orovaring artinya 2 spesimennya tetapi orangnya satu," kata Yuri.
Baca juga: Seorang Tenaga Medis Diduga Dianiaya Keluarga Jenazah Pasien Covid-19
"Setelah ketemu orangnya masih harus kita verifikasi, ini kasus baru atau kasus follow up,” lanjutnya.
Setiap kasus baru yang diidentifikasi maka harus diregistrasi (pemberian nomor kasus), inilah yang kemudian menjadi acuan untuk pelaksanaan contact tracing.
Tujuannya menemukan sumber infeksi supaya tidak menjadi sumber penularan di tengah masyarakat.
"Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang meminta pemeriksaan spesimen secara masif, bukan massal. Ini yang harus kita bedakan masif dengan massal," ujar Yuri.
Dia menjelaskan, pemeriksaan secara masif artinya mengacu kepada contact tracing.
Jadi semua orang yang dicurigai dari contact tracing harus dilakukan tes.
Ini untuk mencari dan mengisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di komunitasnya.
"Kalau massal siapapun yang datang kita tes” tambah Yuri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.