Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Fakta Seputar Virus Corona, dari 'Panic Buying' hingga Temulawak

Kompas.com - 06/03/2020, 06:53 WIB
Dani Prabowo,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

Selain itu, memungkinkan bagi seseorang tertular Covid-19 lewat permukaan sebuah benda di mana sudah terdapat partikel virus itu. Namun, mengutip situs Live Science, Rabu (4/3/2020), CDC mempercayai bahwa transmisi seperti ini jarang terjadi.

Namun, Terawan menyatakan bahwa tidak semua orang yang melakukan kontak dalam jarak dekat (close contact) dinyatakan positif virus ini. Salah satu klaimnya yaitu 188 kru kapal pesiar World Dream dan Princess Diamond yang sebelumnya melakukan close contact dengan pasien positif, hingga kini masih dinyatakan negatif dalam masa karantina.

"Ada sebuah hal yang harus diketahui, tidak semua orang yang kontak itu akan sakit, biar close contact pun belum tentu sakit," kata Terawan di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Baca juga: Menkes: Tak Ada yang Lebih Hebat Tangkal Virus Corona, Kecuali Imunitas Tubuh

 

Ia pun mengingatkan agar seluruh masyarakat dapat menjaga imunitas tubuh untuk menghindari penularan. Salah satunya yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih.

"Virus itu kuncinya imunitas yang baik, higienis yang baik, cuci tangan, menurut saya itu semua akan menjadi hal yang paling baik," ujarnya.

Di lain pihak, aksi panic buying dengan memborong masker dan hand sanitizer justru akan mengancam tenaga medis yang menjadi ujung tombak penanganan penyakit ini di rumah sakit.

WHO bahkan menyebut aksi penimbunan dan penyalahgunaan masker justru akan membuat nyawa para tenaga medis di ujung tanduk, sehingga meningkatkan potensi penyebaran virus dan penyakit menular lainnya.

Untuk itu, WHO telah memperingatkan agar seluruh pihak dapat bekerjasama dalam memastikan pasokan peralatan kesehatan dan segala alat perlindungan diri lainnya.

"Tanpa rantai pasokan yang aman, resiko bagi petugas kesehatan di seluruh dunia adalah nyata. Industri dan pemerintah harus bertindak cepat untuk meningkatkan pasokan, mempermudah pembatasan ekspor dan melakukan langkah-langkah untuk menghentikan spekulasi dan penimbunan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir dari laman resmi WHO.

Berdasarkan perhitungan WHO, kebutuhan atas masker medis untuk penanganan Covid-19 mencapai 89 juta per bulan. Sedangkan untuk sarung tangan pemeriksaan mencapai 76 juta dan kacamata sebanyak 1,6 juta per bulan.

3. Gejala klinis corona menjadi lebih "jinak"

Tak seperti saat virus ini pertama kali muncul pada akhir Desember 2019 lalu. Gejala klinis pengidap Covid-19 kini semakin ringan.

Sebelumnya, orang yang mengidap penyakit ini menunjukkan gejala sakit berat, seperti demam tinggi, batuk, pilek dan sesak napas.

"Tidak terlalu berat, panasnya tidak tinggi, batuk tidak terlalu kelihatan sekali, bahkan di beberapa laporan yang kita dapatkan ada yang asimtomatik, tidak menunjukkan gejala," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Baca juga: Virus Corona Jadi Lebih Jinak Menurut Kemenkes, Ini Penjelasannya...

 

Yuri mengatakan, hal ini terjadi karena virus Covid-19 yang masuk ke tubuh tidak bisa melakukan replikasi atau beranak pinak.

"Kalau dia bisa beranak pinak menjadi banyak, pasti orang itu akan panas. Kalau itu ada di saluran pernapasan atas dalam jumlah yang banyak, pasti akan memacu terbentuknya lendir dan merangsang batuk," ujar Yuri.

"Begitu masuk ke saluran napas bawah, maka akan terjadi kegagalan pernapasan karena seluruhnya akan dilapisi oleh lendir, yang seakan-akan paru-parunya tenggelam," ucap dia.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan ini menduga, ada dua kemungkinan yang menyebabkan virus Covid-19 saat ini menjadi jinak.

Pertama, daya tahan tubuh masyarakat semakin baik sehingga virus sulit berkembang biak dalam tubuh. Kedua, ada kemungkinan virus Covid-19 memang sudah semakin lemah. Hal ini memang menjadi karakter virus corona.

Baca juga: Survei: 61 Persen Responden Tak Gunakan Masker setelah Tahu Risiko Penularan Corona

"Karakter corona seperti ini pengalaman 2002, virus corona SARS, setelah setahun lewat berubah jadi seasonal flu, virus masih ada, tapi dampaknya adalah flu musiman seperti flu biasa. Kemudian ada juga H1N1, awalnya angka kematian semula tinggi, tapi kemudian berubah jadi seasonal flu," kata dia.

4. Temulawak hingga jahe sembuhkan Covid-19

Selain masker dan hand sanitizer, keberadaan bahan baku jamu seperti jahe, kunyit, dan temulawak turut menjadi primadona masyarakat. Bahkan, barang-barang tersebut laris manis dengan harga tinggi di sejumlah pasar tradisional.

Di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat, jahe merah yang biasa dibanderol Rp 60.000 naik menjadi Rp 70.000 per kilogram. Sementara jahe biasa dibanderol menjadi Rp 50.000 per kilogram dari Rp 35.000.

Adapun kunyit yang biasa dipatok seharga Rp 5.000 hingga Rp 6.000 naik dua kali lipat menjadi Rp 12.000. Sementara temulawak harganya naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 50.000.

Baca juga: Harga Jahe Hingga Temulawak Naik, ini Respons Mendag

Kenaikan harga ini terjadi setelah beberapa waktu lalu mencuat penelitian seorang profesor asal Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom.

Formulasi Nidom terdiri dari jahe, kunyit, temulawak, sereh dan bahan-bahan lainnya. Terkait efeknya terhadap virus corona, Nidom berkata bahwa mpon-mpon mengandung curcumin yang berungsi mencegah terjadinya badai sitokin di dalam paru.

Sitokin, ujar Nidom, merupakan respons imun terhadap adanya virus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com