JAKARTA, KOMPAS.com - United Nation Developement Programme (UNDP) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mendorong negara Asia Selatan dan Asia Tenggara memiliki rencana aksi nasional pencegahan dan penanggulangan ektremisme berbasis kekerasan.
Kerja sama itu diwujudkan dengan mengumpulkan 100 pakar antiteror dan pejabat keamanan terkemuka di Asia Selatan dan Asia Tenggara untuk membahas cara mencegah peningkatan ancaman kekerasan ektrimisme di Hotel Gran Melia, Jakarta, Kamis (23/1/2020).
"Acara ini diselenggarakan dalam rangka untuk mendorong agar negara-negara memiliki rencana aksi nasional dalam rangka mencegah dan penanggulangan ektrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme," kata Deputi Kerjasana Internasional BNPT Andhika Chrisnayudhanto.
Baca juga: PPATK Telusuri Pendanaan Terorisme secara Digital
Andhika menyampaikan, rencana aksi nasional adalah kegiatan yang diserukan secara global milik Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Bentuk aksinya semacam sosialisasi nasional terkait penganggulangan dan pencegahan ektrimisme berbasis kekerasan.
Indonesia, kata Andhika, menjadi pemimpin bagi Asia Tenggara dan Asia Selatan untuk mengajak seluruh negara di kawasan tersebut memiliki rencana aksi nasional.
"Nah untuk itu Indonesia menjadi lead di kawasan Asia selatan dan juga kawasan Asia Tenggara untuk mendorong agar terbentuk rencana aksi nasional," ujar dia.
Maka dari itu, Andhika berharap usai acara ini banyak negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan memiliki rencana aksi nasional.
Selain itu, berhasil memunculkan optimisme untuk mencegah ektrimisme berbasis kekerasan.
"Jadi berasal dari PBB dan diharapkan masing-masing negara memiliki rencana aksi nasional dalam penanggulangan ektrimisme berbasis kekerasan," ucap Andhika.
Di tempat yang sama, Resident Representative UNDP Indonesia Christopher Bahuet menilai, berbagi pengalaman sangat penting untuk memastikan respons yang efektif terhadap ekstrimisme kekerasan.
Baca juga: Berantas Radikalisme, Kepala BNPT Usul Aktifkan Kembali Upacara Bendera
Sebab, kata dia, beberapa tahun terakhir ada peningkatan jumlah insiden yang disebabkan kekerasan ekstrimisme.
"Selama beberapa tahun terakhir, negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan telah mengalami peningkatan jumlah insiden yang disebabkan kekerasan ektrimisme," ucap Christopher.
"Pertukaran regional ini berfungsi sebagai platform bagi Indonesia dan negara-negara yang berpartisipasi untuk mengidentifikasi berbagai pendekatan dan langkah terbaik yang dapat diintegrasikan ke dalam recana aksi nasional," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.