JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius membantah pernyataan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu yang menyebut bahwa 3 persen prajurit TNI terpapar radikalisme.
Bantahan itu disampaikan Suhardi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi III DPR, Kamis (21/11/2019).
"(Pernyataan Ryamizard) tidak akurat, " kata Suhardi menjawab pertanyaan anggota Komisi III DPR Sarifuddin Sudding di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Suhardi bercerita, sesaat setelah Ryamizard membuat pernyataan soal TNI yang terpapar radikalisme, dia dihubungi mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.
Baca juga: Di Peluncuran Buku Suhardi Alius, Ali Imron Bicara soal Deradikalikasi oleh BNPT
Kepada Suhardi, Wiranto mengklarifikasi pernyataan Ryamizard. Namun demikian, Suhardi mengaku tak tahu menahu dan tak punya data yang disampaikan Ryamizard.
"Hardi dari mana data itu?" ujar Suhardi menirukan pertanyaan Wiranto.
"Kami juga tidak tahu, Pak. Silakan Bapak tanya Pak Menhan karena kami juga tidak punya data itu," ucapnya.
Suhardi mengatakan, BNPT memang pernah mendapat kabar bahwa ada TNI yang terpapar radikalisme. Akan tetapi, hingga saat ini tidak ada data akurat yang diterima BNPT terkait hal tersebut.
"Jadi data tidak pernah kami dapatkan tapi kami dapatkan informasi-informasi," kata dia.
Sebelumnya, mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku prihatin dengan dengan sekelompok tertentu yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi khilafah. Bahkan, ada prajurit TNI yang terpapar paham radikalime.
Baca juga: Tokoh Agama Bertemu Mahfud MD, Bahas Terorisme dan Radikalisme
Berdasarkan data yang dimiliki Kemhan, menurut Ryamizard, sebanyak sekitar 3 persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila.
"Kurang lebih 3 persen, ada TNI yang terpengaruh radikalisme," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.