Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPT Ungkap Tren Baru Teroris: Dulu Suami Saja, Sekarang Bawa Keluarga

Kompas.com - 16/11/2019, 16:45 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada tren baru dalam kelompok teroris di Indonesia. Tak hanya suami yang melakukan aksi teror, namun juga mengajak istri dan anak-anak mereka.

Demikian diungkapkan oleh Deputi Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris usai mengisi diskusi di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (16/11/2019).

"Kalau dulu, (hanya) laki-laki atau sang suami yang ikut (dalam aksi teror) dan tidak membawa banyak pengaruh dengan membawa anak dan istri," ujar Irfan.

"Tapi sekarang, istri diajak suami. Suami juga mengajak anak,"lanjut dia.

Baca juga: Koordinasi Penanganan Terorisme di Bawah Komando Maruf Amin

Tren ini dapat dilihat dari setidaknya dua peristiwa teror yang terjadi di Sibolga, Selasa, 12 Maret 2019 dan rentetan serangan bom bunuh diri di Surabaya pada pertengahan Mei 2018.

Bom Sibolga dilakukan oleh seorang istri terduga teroris. Sang suami sudah ditangkap dan tim Densus 88 Antiteror Polri berupaya menggeledah kediamannya.

Namun sang istri tidak mau membuka rumah dan akhirnya meledakkan bom yang juga terdapat anak- anaknya.

Sementara, bom di Surabaya yang melibatkan keluarga, yakni tepatnya pada peristiwa bom di GKI Diponegoro. Bom bunuh diri diketahui diledakkan seorang wanita yang menggandeng dua anaknya.

Baca juga: Cegah Terorisme, Komisi III DPR Minta Brimob Tingkatkan Kompetensinya

Selain itu, ada pula peristiwa bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Tiga orang tewas dalam aksi itu, yakni seorang istri terduga teroris beserta anak tertuanya.

Irfan melanjutkan, tren baru ini juga tidak lepas dari pemahaman radikalisme yang berkembang saat ini di kelompok-kelompok teroris beserta kelompok-kelompok turunannya.

"Intinya jihad itu diarahkan satu makna, tafsiran hijrah diarahkan satu makna, tafsiran thogut diarahkan satu makna. Dan tafsiran kafir itu dipaksakan ke semua orang, bukan hanya polisi," tambah Irfan. 

 

Kompas TV Pemerintah pasti akan bantu persoalan Rizieq Shihab di Arab Saudi. Mahfud juga telah mengonfirmasi ke sejumlah instansi terkait dari kapolri hingga imigrasi, jawabannya nihil terkait surat pencekalan Rizieq. Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan bukan dirinya sok memberikan bantuan uang bayaran <em>overstay</em> untuk Rizieq di Arab Saudi, yang sebelumnya ramai di media sosial. Menurutnya ia ingin meyakinkan bahwa pemerintah Indonesia secara terbuka membantu persoalan Rizieq di sana. Namun sejumlah fakta, tak ada laporan sama sekali di kedutaan terkait status cekal yang dialami Rizieq di sana. Jika tidak ada laporan yang masuk, Mahfud pun mempertanyakan bagaimana Menko Polhukam mengurus masalah ini. Kemudian dari pengacara Rizieq juga menegaskan kliennya sama sekali tak butuh bantuan uang. Untuk itu Pemerintah meminta Rizieq juga secara terbuka menyerahkan surat yang dimaksudnya ke pemerintah Indonesia, agar persoalan bisa dibahas secara jelas dan tidak menimbulkan persepsi lain. #rizieqshihab #mahfudmd
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com